Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Tokoh Pemikir Pendidikan Anak Usia Dini

Tokoh Pemikir Pendidikan Anak Usia Dini

  • Version 1.0
  • Published Tuesday, July 16, 2024

Al-Ghazali

Imam al-Ghazali, nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmada al-Tusi Al-Ghazali. Al Ghazali lahir pada tahun 450H/1058 M di sebuah kampung bernama Ghazalah di daerah Tus Wilayah Khurusan. Al Ghazali meninggal pada usia 55 tahun yaitu pada tahun 505 H/ 1111 M. Semasa hidupnya Al Ghazali menghasilkan banyak karya dalam berbagai bidang diantaranya filsafat, logika, tasawuf, termasuk didalamnya Pendidikan(Haq, 2015; Ulum, 2009).

Al Ghazali memiliki pandangan bahwa anak merupakan amanat bagi orangtuanya. Islam menempatkan anak sebagai calon Kahlifah di bumi. Anak dilahirkan dengan membawa potensi yaitu fitrah. Melalui proses Pendidikan anak akan mengembangkan potensi yang dimilikinya (Ulum, 2009).

Upaya mendidik anak menurut Al Ghazali adalah usaha untuk mendekatkan anak kepada sang Pencipta. Kegiatan praktik Pendidikan bertujuan untuk mempelajari ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga tujuan tersebut bisa dicapai melalui pembelajaran akhlak dan budi pekerti. Pendidikan akhlak menurut Imam Al Ghazali merupakan proses menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri dan menanamkan sifat sifat terpuji, yang mana bertujuan untuk menghasilkan insan kamil dan mendekatkan diri kepada Allah(Rodiah & Hamdani, 2018).

Al Ghazali meyakini bahwa akhlak manusia dapat diluruskan melalui pendidikan budi pekerti. Upaya Pendidikan anak hendaknya menekankan pada terbentuknya akhlak dan budi pekerti yang baik (Abd. Hamid Wahid et al., 2018). Dalam memberikan pendidikan akhlak guru harus bertindak seperti dokter yang mengobati pasiennya dengan penyakit yang dideritanya sehingga setiap anak harus diberikan meteode yang berbeda. Seorang guru selain harus memiliki kompetensi di bidangnya harus pula memiliki akhlak yang baik karena guru merupakan sosok panutan bagi siswanya (Rodiah & Hamdani, 2018).

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir di Jogjakarta pada 2 Mei 1889 dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat. Ki Hajar Dewantara mengenyam Pendidikan di ELS (Europeesche Lagere Shool). ELS merupakan sekolah rendah untuk anak anak Eropa, hal tersebut diperoleh karena Ki Hajar Dewantara merupakan bangsawan Jawa, keena pada saat itu hanya kelompok kamum bangsawan saja yang boleh bersekolah.

Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS Ki Hajar Dewantara mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke STOVIA atau Sekolah Dokter Jawa, namun Ki Hajar Dewantara tidak menyelesaikan pendidikan dokternya karena mengalami masalah kesehatan.

Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa untuk memfasilitasi kaum pribumi agar mendapatkan pendidikan yang layak (Pranoto, 2017). Gagasan mendirikan sekolah atau pendidikan berasal dari sarasehan (diskusi) tiap hari Selasa-Kliwon. Peserta diskusi sangat prihatin (menderita batin) terhadap keadaan pendidikan kolonial. Sistem pendidikan kolonial yang materialistik, individualistik, dan intelektualistik diperlukan lawan tanding, yaitu pendidikan yang humanis dan populis, yang memayu hayuning bawana (memelihara kedamaian dunia).

Menurut KHD pendidikan yang mengena kepada bangsa Timur adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Tiga hal inilah dasar jiwa KHD untuk mendidik bangsa dan mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan. Pengalaman yang diperoleh dalam mendalami pendidikan yang humanis ini dengan menggabungkan model sekolah Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore (India). Menurut KHD dua sistem pendidikan yang dilakukan dua tokoh pendidik ini sangat cocok untuk sistem pendidikan bumiputra. Lalu dari mengadaptasi dua sistim pendidikan itu KHD menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru yang menjadi panutan murid-murid dan masyarakat.

Perilaku guru dalam mendidik murid atau anak bangsa menjadi pegangan dan modal utama sehingga KHD menciptakan istilah yang kemudian sangat terkenal, yaitu:

Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi contoh),

Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita),

Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya)

Menunurut Ki Hajar Dewantara Hukuman dan sanksi bukanlah cara mendidik yang efektif dan humanis. Menurutnya system “pamong” yang tepat dalam mendidik anak.

Johan Henrich Pestalozzi

Johan Henrich Pestalozzi lahir di Zurich Switszerland pada tanggal 12 Januari 1746. Pestalozzi berpandangan bahwa tujuan Pendidikan adalah untuk mengangkat derajat status social umat manusia dengan mengembangkan semua aspek individualnya yaitu otak, tangan dan hati. Pada tahun 1774 beliau mendirikan sekolah dasar bagi anak anak terlantar dari para petani miskin yang diberi nama Neuhoff (New farm). Pola belajar yang diterapkan di sekolah ini penggabungan antara berkebun, memasak, menjahit, kolompok diskusi dalam belajar membaca, menulis, berhitung, dan mempelajari kitab suci. Namun sekolahnya tidak bertahan lama karena kesulitan masalah keuangan.

Pestalozzi berpendapat bahwa mendidik, membimbing dan mengasuh menjadi satu kesatuan yang harus memperhatikan 5 hal. Hal tersebut diantaranya;

  1. Heart, pendidik harus membelajarkan siswanya denganikhlas dari lubuk hatinya bukan berdasarkan paksaan
  2. Hand, pendidik harus memiliki ketrampilan untuk berkreativitas sehingga stimulasi yang diberikan pada anak sesuai, tepat dan menarik
  3. Health, pendidik harus sehat jasmani dan rohani karena seorang pendidik akan sangat berpengaruh pada kelangsungan pembelajaran dan kehidupan anak
  4. Head, pendidik harus memiliki wawasan berpikir yang luas sehingga diharapkan wawasan anak didiknyapun semakin bertambah
  5. Harmonis pendidik harus membuat anak aman, nyaman dan menyenangkan selama mengikuti kegiatan belajar(Pestalozzi, 1830).

Pada kegiatan belajar Pestalozzi menitikberatkan pada pengalaman belajar melalui indra pengamatan yang dikenal dengan teori AVM (Auditory, Visual, Memory). Indra adalah pintu gerbang serta sarana untuk terjadinya proses mental pada anak. Melalui AVM anak dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas, bakat, serta minatnya.

John Dewey

John Dewey lahir pada 20 Oktober 1859 di Burlington Vermont. Dewey mendapatkan gelar Doktornya di John Hopkins University, kemudian menjadi asisten professor di Universitas Michigan. Dewey mengakhiri karirnya setelah menjadi Profesor Emiritus di Columbia University pada tahun 1930.(John Dewey, n.d.) Dewey menjadi sangat terkenal karena pandangan-pandangannya tentang filfsafat pendidikan. Pandangan-pandangan yang dikemukakan banyak mpengaruhi perkembangan pendidikan modern di Amerika.

Dewey sangat menganggap penting pendidikan dalam rangka mengubah dan membaharui suatu masyarakat. Ia begitu percaya bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana untuk peningkatan keberanian dan pembentukan kemampuan inteligensi. Baginya ilmu mendidik tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Maksud dan tujuan sekolah adalah untuk membangkitkan sikap hidup yang demokratis dan untuk mengembangkannya. Pendidikan merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk menghancurkan kebiasaan yang lama dan membangun kembali yang baru.

Dewey adalah pendukung kuat untuk reformasi pendidikan progresif. Beliau percaya bahwa Pendidikan harus didasarkan pada learning by doing. John Dewey mengkritik sekolah tradisional yang dianggapnya sudah tidak layak untuk dijalankan, karena dalam sekolah tradisonal terdapat kesalahan, diantaranya: pertama, ia memberantas dengan keras kesalahan sekolah tradisional dan memasukkan “kerja” dalam ruangan sekolah; kedua, dalam sekolah lama jarak antara pengajaran dan penghidupan anak sangat jauh. Dewey berusaha berfikir agar bagaimana mendekatkan kehidupan anak di sekolah dengan kehidupan masyarakat. Ia mengubah sekolah kuno yang pasif itu menjadi sekolah baru yang aktif, sehingga anak dapat menambah pengetahuan dan kecakapannya serta menemukan skill dan bakatnya dengan baik. Ketiga, di sekolah kuno pelajaran tiap tahun selalu berlangsung sama, tetapi pengajaran proyek mengubah keadaan yang statis itu menjadi dinamis. Setiap tahun pengajaran maupun pendidikan berganti sesuai dengan masalah yang diambil dari masyarakat yang selalu hidup dan berubah, serta sesuai dengan perkembangan perhatian anak. Keempat, anak dilatih belajar sungguh-sungguh dan bekerja sama, tidak seperti di sekolah kuno. Di sekolah tradisional anak hanya menghafal dan berbuat untuk kepentingan diri saja (Manusia Dan Pendidikan Menurut Pemikiran Ibn Khaldun Dan John Dewey | Akbar | Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran, N.D.).

Dewey, yang penting bagi seorang guru adalah melatih pikiran siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dari pada mengisinya secara sarat dengan formulai-formulasi, teori-teori. Guru tidak boleh membuat penyiksaan fisik yang sewenang-wenang terhadap siswa dan mengindoktrinir mereka dengan doktrin-doktrin. Sebab dengan demikian hanya akan menghilangkan kebebasan dalam pelaksanaan pendidikan. Dewey memprotes cara belajar dengan mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Yang penting yakni guru mendampingi siswa dalam berkreativitas dan berdiskusi dalam menyelesaikan masalah. Oleh kerena itu, seorang guru memiliki tiga tugas utama:

  1. Guru menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa menyusun rancangan belajar. Seorang guru memungkinkan siswanya untuk menjalankan proses belajar atau membentuk pengertiannya sendiri. Yang perlu diperhatikan di sini adalah guru menyediakan pengalaman belajar bagi siswa itu sendiri. Mengajar dalam bentuk ceramah bukanlah menjadi tugas utama seorang guru.
  2. Guru memberikan kegiatan-kegiatan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan membantu siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya atau mengkomunikasikan ide ilamiah mereka. Dengan kata lain, guru memberi semangat kepada siswa untuk berpikir, mencari pengalaman baru. Bahkan guru perlu memberikan pengalaman konflik. Pengalaman konflik yang dimaksudkan yakni pemaparan mengenai sebuah kasus atau persoalan yang perlu dipecahkan sendiri oleh siswa tersebut. Guru harus menyemangati siswa.
  3. Guru memonitor atau mengevaluasi apakah proses berpikir siswa dan cara mengekspresikan pikiran berhasil atau tidak. Guru mempertanyakan apakah pengetahuan siswa cukup untuk memecahkan persoalan-persoalan yang akan dihadapi.

Gerard Jan Ligthart

Gerard Jan Ligthart merupakan seorang pendidik asal Belanda. Dia lahir di Amsterdam pada 11 januari 1859. Jan lighthart ia merupakan tokoh pendidikan yang berupaya untuk menghasilkan manusia yang memiiliki budi pekerti yang luhur, bukan hanya cerdas dan terdidik otaknya saja. Ia juga percaya pembinaan “kata hati” seorang anak dapat membuatnya memperjuangkan sebuah kebenaran yang hakiki dan menolak keburukan. Pembinaan ‘kata hati’ (dalam istilah Ghazali kecerdasan hati) dapat dilaksanakan dalam suasana antara anak dengan pendidik. Kepatuhan anak pada pendidik (guru) bukanlah karena takut melainkan kecintaan dan rasa hormat anak pada guru. Salah metode pendidikan yang dilaksanakan Jan Lighthart dalam menanamkan budi pekerti dan kata hati adalah ‘Metode buah limau’. Ilmu metode ini terletak pada konsep mengalahkan keburukan tingkah laku anak dengan perbuatan baik’. Oleh karena itu, ia termasuk tokoh yang sangat menentang hukuman (terutama hukuman badan) sebagai bentuk alat pendidikan. Pada murid yang suka membuat keonaran, ia menjadikannya sebagai ketua kelas agar murid tersebut mempunyai rasa tanggung jawab.

Jan Lighthart termasuk tokoh yang menentang bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Bentuk pengajaran intelektualisme adalah pengajaran yang hanya mementingkan pengembangan intelektual anak, sedangkan bentuk pengajaran verbalisme adalah bentuk pengajaran yang dilakukan dengan cara verbal atau (abstrak). Untuk menghindari kedua bentuk pengajaran tersebut maka dalam pendidikan Jan Lighthart banyak menggunakan bentuk pengajaran meragakan atau pengajaran dengan barang sesungguhnya. Sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam mengamati, menyelidiki serta mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dipraktikan sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis.

Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Semua bahan dalam lingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak. Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu lingkungan alam (seperti bahan mentah), lingkungan produsen, atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan ladang, pengrajin kayu, rotan dan pasar atau took sebagai pusat jual beli bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak ini maka langkah pengajaran dilaksanakan.

William Heard Kilpatrick

Heard Kilpatrick lahir di White Plains Georgia pada 20 Noveember 1871. Kilpatrickmendapat gelar professor matematika dan astronomi di Universitas Mercer. Kilpatrick merupakan salah satu murid John Dewey di Teachers College Columbia. Kilpatrick juga merupakan penganut filsafat progresivisme. Kilpatrick banyak berbagi dengan Dewey mengenaik pandangannya terhadap tujuan pendidikan.

lpatrick berpendapat bahwa kurikulum sekolah harus mencerminkan minat dan tujuan siswa sampai batas tertentu dan menempatkan pemecahan masalah sebagai inti dari proses Pendidikan. Teori pembelajaran Kilpatrick menekankan pada yang Namanya “Aktivitas yang bertujuan” yang dilakukan oleh para siswa saat mnegrjakan berbagai proyek dan lebih dikenal dengan metode proyek. Kepedulian Kilpatrick terhadap minat dan tujuan anak tidak menghasilkan individualisme pendidikan yang berlebihan. Seperti mentornya John Dewey, Kilpatrick berhasil menjembatani kesenjangan antara gerakan pendidikan progresif yang berpusat pada anak dan yang berpusat pada masyarakat. (1918_Kilpatrick_TheProjectMethod.Pdf, n.d.)

Maria Montessori

Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Ancona Italia pada 31 Maret 1870. Montessori adalah seorang pendidik, dokter dan ilmuan. Pada usia 26 tahun Montessori menjadi seorang dokter wanita pertama di Italia. Montessori memulai karis profesionalnya dengan focus pada anak dengan retardasi mental. Dia percaya bahwa anak anak tersebut dapat berkembang apabila mendapat pengalaman yang tepat. Setelah membaca gagasan Rosseau dan Froebel Montessori berkeyakinan bahwa anak anak dengan retardasi mental tersebut akan mampu belajar menulis dan membaca setelah mereka berada pada masa “siapnya” Asumsi Montentessori tersebut akhirnya dikenal dengan istilah masa peka atau periode sensitive.

Pada tahun 1907 Montessori membuka sekolah dengan nama Cassa de Bambini (Rumah Anak Anak) di Roma Italia. Sekolah tersebut dibuka bagi anak anak keluarga miskin yang berasal dari keluarga tak terdidik yang kedua orangtuanya harus bekerja dan anak anak tidak ada yang mengurusi. Sehingga prihatin dengan sistem pendidikan untuk anak-anak miskin, Montessori juga mengkritik pendidikan untuk anak-anak kaya yang dimanja. Menurutnya, memberikan semua hal secara cuma-cuma kepada anak, justru menghilangkan kemauan dan potensi belajar anak.

Montessori tidak pernah bertujuan membuat ‘metode pendidikan’. Ia hanya ingin membantu anak untuk hidup, bepikir tentang kehidupan bukan sekadar tentang sekolah atau kelas. Ia percaya tidak ada anak yang bodoh, semua anak memiliki bakatnya masing-masing. Karenanya dalam cara belajar yang dikemukakannya, tidak ada pemikiran anak yang dibungkus dengan item-item pengetahuan, tidak ada aak yang dibatasi kegiatannya yang ada karena bakatnyaUntuk mendobrak sistem pendidikan yang ada pada saat itu.

Montessori memperkenalkan’metode’nya sendiri yang menurutnya lebih sesuai dengan pekembangan anak. Perbedaan terbesar adalah, Montessori memperlakukan anak- anak secara bermartabat sekaligus mempekenalkan disiplin. Semua mainan di kelasnya dibuat sesuai versi aslinya, hanya dalam bentuk mini.

Friederich Frobel

Friederich Wilhelm August Frobel lahir di Thuringen Jerman pada 21 April 1782. Friedrich Froebel adalah anak tanpa ibu. Kehilangan ibunya sebelum usia 1 tahun, dan dibesarkan oleh seorang ayah yang hanya memiliki sedikit waktu untuk dia dan kedua saudara laki-lakinya. Froebel menghabiskan sebagian besar waktunya sendirian di taman yang mengelilingi rumahnya. Di sini, sebagai anak muda, dia akan bermain sepanjang hari dan menjelajahi lingkungan sekitarnya.

Pada masa mudanya Froebel menerima posisi sebagai pengajar di sekolah model Frankurt yang berfilosofi pada ajaran Pestalozzi. Yang menekankan bahwa anak perlu menjadi pembelajar yang aktif. Frobel memutuskan untuk meninggalkan sekolah dan memilih untuk menjadi pengajar privat yang menerapkan “pembelajar langsung”. Orang tua dari anak-anak yang dia ajar menawari Froebel sebidang kecil tanah milik mereka untuk digunakan sebagai taman. Pengalaman belajar dengan anak-anak di taman meyakinkan Froebel bahwa tindakan dan observasi langsung adalah cara terbaik untuk mendidik anak.

Pada tahun 1837 Froebel mendirikan sekolahnya sendiri yang disebut “kider Garten” atau taman anak anak yang merupakan cikal bakal dari taman aknak kanak. Sebelum taman akank kanak yang didirikan Froebel anak anak dibawah usia 7 tahun tidak bersekolah karena dianggap tidak memiliki kemampuan untuk focus atau mengembangkan ketrampilan kognitif dan emosional. Namun, Froebel mengungkapkan keyakinannya sendiri tentang pentingnya pendidikan usia dini dengan cara berikut: “… karena pembelajaran dimulai ketika kesadaran muncul, pendidikan juga harus.” Froebel menyebut pendekatannya terhadap pendidikan sebagai “aktivitas diri”. Ide ini memungkinkan anak untuk dipimpin oleh minatnya sendiri dan dengan bebas menjelajahinya. Sehingga peran guru lebih sebagai pembimbing daripada pengajar. Pada akhirnya, hadiah terpenting Froebel untuk anak-anak adalah ruang kelas, yang secara simbolis dipandang sebagai perpanjangan dari taman yang indah dan subur, dan yang paling ia butuhkan sebagai seorang anak sebagai guru yang mengambil peran sebagai orang tua yang penuh kasih dan suportif.

Bibliographical Entries

  • 1918_Kilpatrick_TheProjectMethod.pdf. (n.d.). Retrieved November 21, 2020, from https://cdn.tclibrary.org/Rhizr/Files/naGTTkfNgE2NgAZd9/files/1918_Kilpatrick_TheProjectM ethod.pdf
  • Pranoto, S. W. (2017). Ki Hajar Dewantara, pemikiran dan perjuangannya. Museum Kebangkitan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Rodiah, I., & Hamdani, M. D. A. (2018). Konsep guru dan pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali (Studi analisi terjemah Kitab Ihya Ulumuddin). Tarbiyat Al-Aulad : Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1(2), Article 2. http://riset-iaid.net/index.php/TA/article/view/108  
  • Ulum, M. M. (2009). KONSEP PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-GHAZALI DAN RELEVANSINYA DENGAN ARAH DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. At-Ta’dib, 4(2), Article 2. https://doi.org/10.21111/at-tadib.v4i2.592
  • Pestalozzi, J. H. (1830). Letters of Pestalozzi on the Education of Infancy: Addressed to Mothers. Carter and Hendee.
  • John Dewey. (n.d.). Biography. Retrieved November 20, 2020, from https://www.biography.com/scholar/john-dewey MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN DAN JOHN DEWEY | Akbar | JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran. (n.d.). Retrieved November 20, 2020, from https://jurnal.ar- raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/582/485
  • Haq, Y. S. dan A. H. (2015). PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT IMAM AL-GHAZALI. At-Ta’dib, 10(2), Article 2. https://doi.org/10.21111/at-tadib.v10i2.460
  • Abd. Hamid Wahid, Chusnul Muali, & Baqiyatus Sholehah. (2018). Pendidikan akhlak perspektif Al-Ghazali. At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, 7(2), 190–205. lp3m.unuja.ac.id

Citation

Sandy Tegariyani Putri Santoso, Wiku Aji Sugiri: „Tokoh Pemikir Pendidikan Anak Usia Dini“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Tuesday, July 16, 2024.