Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Sindroma Mata Kering

Sindroma Mata Kering

  • Version 1.0
  • Published Monday, April 29, 2024

Ringkasan


Sindroma mata kering merupakan kumpulan gejala akibat ketidakadekuatnya lapisan tear film. Tear film ini bukan seperti air mata saat kita menangis tetapi terdiri dari tiga lapisan yaitu air, lemak dan mucus. Ketiga lapisan tersebut berfungsi seperti mantel yang melapisi permukaaan mata sehingga menjaga kelembapan dan sebagai proteksi. Jika lapisan tersebuat secara kualitas dan kunatitas tidak adekuat maka akan muncul tanda – tanda seperti mata tidak nyaman seperti berpasir, merah, berair, gatal dan kadang sampai gangguan penglihatan. Cuaca di mekah yang panas dan berangin menyebabkan penguapan cepat sehingga meningkatkan risiko terjadi sindrom mata kering sehingga disarankan memakai kacamata dan tetes airmata buatan secara rutin.

Sindroma Mata Kering


Sindroma mata kering adalah penyakit permukaan mata dengan penyebab yang ditimbulkan oleh berbagai faktor dengan gejala berupa ketidaknyamanan pada mata, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan lapisan air mata yang dapat merusak permukaan mata. Sekitar 5% -34% populasi dunia menderita mata kering dan kejadiannya meningkat seiring bertambahnya usia. Sindroma mata kering dapat mempengaruhi aktivitas dan menurunkan kualitas hidup serta meningkatkan gejala depresi dan gangguan mood. Sindroma mata kering merupakan penyakit yang sering ditemukan saat ibadah haji karena cuaca yang panas sehingga meningkatkan penguapan.1Al malki, M. S (2016) 2Ehlers, J.P. (2011)

Tampilan sindroma mata kering
Sumber: A Comprehensive Review on Dry Eye Disease, 2015

Untuk menjaga kelembapan mata, bola mata kita dilindungi oleh lapisan air mata (tear film). Tear film adalah garis pertahanan pertama terhadap debu dan mikroorganisme (bakteri dan virus) di permukaan bola mata. Tear film juga mencegah gesekan antara kelopak mata dan permukaan kornea setiap kali kita berkedip. Kerusakan tear film dapat disebabkan oleh cuaca yang kering yang mana akan menyebabkan iritasi pada permukaan mata dengan segala gejalanya yang disebut dengan sindroma mata kering. Penurunan produksi air mata atau penguapan air mata dapat menyebabkan volume air mata menurun dan tidak stabil. Konsekuensi dari sindrom mata kering mulai dari iritasi mata ringan hingga peradangan parah, dan bahkan dapat jaringan parut pada permukaan mata dalam kondisi kronis.3Ilyas HS, Yulianti SR (2014) 4Karpecki, P. M. (n.d)

Berikut ini beberapa hal yang dapat memicu munculnya sindroma mata kering:

  1. Penggunaan perangkat digital jarak dekat dan watu yang lama
    Saat kita bekerja dengan perangkat digital maka mata memiliki kecenderungan untuk lebih jarang berkedip. Beberapa survei menunjukkan saat didepan pernangkat digital mata hanya berkedik 3 kali per-menit sedangkan normal manusia berkedip 20 kali per-menit. Kondisi ini akan menyebabkan penguapan air mata yang lebih besar dan meningkatkan risiko dry eye syndrome. Sangat dianjurkan bagi para jemaah haji yang membaca Alquran secara digital untuk memperhatikan hal-hal diatas.5Ehlers, J.P. (2011) 6Karpecki, P. M. (n.d)
  2. Pemakaian lensa kontak
    Pemakaian lensa kontak dapat mengganggu kestabilan air mata dan merusak lapisan air mata. Kondisi ini diperparah dengan pemilihan lensa kontak yang tidak tepat baik dari segi bahan maupun ukuran sehingga air mata menjadi lebih mudah menguap dan menimbulkan gejala sindroma mata kering. Kurang disiplin dalam perawatan dan menjaga kebersihan saat pemakaian lensa kontak dapat membuat lapisan kornea mata menjadi terinfeksi sehingga menyebabkan kerusakan kornea permanen. Jemaah haji yang memakai lensa kontak dianjurkan untuk membawa tetes mata yang rutin dipakai serta membawa lensa kontak cadangan. Selain itu, sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, pemakai lensa kontak untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis mata untuk pemilihan dan perawatan lensa kontak saat berada di Mekah.1,2,47Al malki, M. S (2016) 8Ehlers, J.P. (2011) 9Karpecki, P. M. (n.d)
  3. Proses penuaan
    Sindroma mata kering dapat terjadi pada kalangan usia berapapun, akan tetapi kejadian. Sindroma mata kering menjadi lebih sering ditemukan seiring dengan bertambahnya usia, khususnya diatas usia 50 tahun. Faktor usia dan cuaca yang ekstrim pada saat ibadah haji menjadi faktor risiko terbesar munculnya sindroma mata kering sehingga sangat disarankan kepada para jemaah haji untuk membawa tetes air mata buatan selama ibadah haji untuk menjaga kelembapan mata.10Ehlers, J.P. (2011) 11Ilyas HS, Yulianti SR (2014) 12Karpecki, P. M. (n.d)
  4. Menopause
    Wanita pasca-menopause memiliki risiko sindroma mata kering lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada usia yang sama. Hal ini disebabkan rendahnya hormone estrogen pada wanita pasca-menopause. Hormon estrogen sendiri merupakan hormon pelindung bagi wanita yang berperan dalam produksi tear film pada mata.13Ehlers, J.P. (2011) 14Ilyas HS, Yulianti SR (2014) 15Karpecki, P. M. (n.d)
  5. Lingkungan indoor
    Walaupun mayoritas kegiatan ibadah haji dilakukan secara out door, tetapi tidak dapat dipungkiri ruangan yang dingin sangat dibutuhkan untuk istirahat merupakan ruangan ber-AC (Air Conditioner) atau kipas angin sehingga memiliki tingkat kelembaban yang rendah. Kondisi tersebut dapat mempercepat penguapan air mata dan menimbulkan keluhan mata kering. Ruanga ini juga harus menjadi perhatian pada jemaah haji yang memakai lensa kontak.16Ehlers, J.P. (2011) 17Karpecki, P. M. (n.d)
  6. Lingkungan outdoor
    Pada saat pelaksanaan ibadah haji, udara yang panas dan angin kencang berisiko lebih tinggi menderita sindroma mata kering. Pada cuaca seperti ini, lapisan air mata mudah menguap sehingga muncul keluhan sindroma mata kering. 18Ehlers, J.P. (2011) 19Karpecki, P. M. (n.d)
  7. Kondisi kesehatan lainnya
    Risiko sindroma mata kering yang tinggi juga terjadi pada jemaah haji dengan penyakit penyerta seperti diabetes, thyroid, lupus, rheumatoid arthritis, dan sindroma Sjogren.20Ehlers, J.P. (2011) 21Karpecki, P. M. (n.d)
  8. Pemakaian obat-obatan
    Pada jemaah haji yang mengonsumsi obat-obatan antihistamin (obat anti-alergi), anti-depresan serta beberapa jenis obat penurun tekanan darah yang dapat meningkatkan risiko timbulnya sindroma mata kering. Begitu juga dengan penggunaan obat tetes mata dengan preservative (bahan pengawet) yangmana apabila digunakan untuk jangka panjang dapat meningkatkan risiko sindroma mata kering.22Ehlers, J.P. (2011) 23Ilyas HS, Yulianti SR (2014) 24Karpecki, P. M. (n.d)

Berikut beberapa gejala yang paling sering dikeluhkan pada sindroma mata kering :

  1. Mata terasa perih dan kadang nyeri
  2. Gatal dan kering pada mata
  3. Kelopak mata lengket saat bangun tidur
  4. Mata terasa berat dan pegal
  5. Mata mudah merah
  6. Mata sering mengeluarkan kotoran
  7. Sensitif terhadap cahaya (mudah silau atau photophobia)
  8. Pandangan kabur atau tidak fokus dan kembali setelah
  9. berkedip
  10. Sensasi adanya benda asing (seperti berpasir) di dalam
    bola mata
  11. Mata mudah berair 25Ehlers, J.P. (2011) 26Ilyas HS, Yulianti SR (2014) 27Karpecki, P. M. (n.d)

Berkenaan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk menjaga kesehatan mata selama melaksanakan ibadah haji, salah satunya adalah jemaah haji wajib memakai kacamata pelindung agar mengurangi penguapan dan menghindari kontak dengan sinar matahari dalam waktu yang lama. Apabila jemaah haji merasakan gejala sindroma mata kering, maka sebaiknya menggunakan obat tetes khusus yaitu tetes air mata buatan yang bebas bahan pengawet.28Al malki, M. S (2016)

Notes

  • 1
    Al malki, M. S (2016)
  • 2
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 3
    Ilyas HS, Yulianti SR (2014)
  • 4
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 5
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 6
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 7
    Al malki, M. S (2016)
  • 8
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 9
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 10
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 11
    Ilyas HS, Yulianti SR (2014)
  • 12
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 13
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 14
    Ilyas HS, Yulianti SR (2014)
  • 15
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 16
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 17
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 18
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 19
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 20
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 21
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 22
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 23
    Ilyas HS, Yulianti SR (2014)
  • 24
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 25
    Ehlers, J.P. (2011)
  • 26
    Ilyas HS, Yulianti SR (2014)
  • 27
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 28
    Al malki, M. S (2016)

Bibliographical Entries

  • Ilyas HS, Yulianti SR. (2014). Ilmu penyakit mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • Al malki, M. S. (2016). Incidence of acute eye diseases amongst pilgrims durung hajj 2016 in Makkah Saudi Arabia. Internatioanl journal of current research. Desember 8 (12) pp 44359-44361
  • Karpecki, P. M. (2015). Kanski’s clinical ophthalmology : A systematic approach. Optometry and Vision Science, 92(10). e386.doi:10.1097/opx.0000000000000737
  • Ehlers, J.P. (2011). The wills eye manual : Office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease 5 th edition. Lippincolt and wilkins

Citation

Yuliono Trika Nur Hasan: „Sindroma Mata Kering “, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Monday, April 29, 2024.