Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Retinal Detachment (Ablasio Retina)

Retinal Detachment (Ablasio Retina)

  • Version 1.0
  • Published Tuesday, April 23, 2024

Ringkasan


Retinal detachment / ablasio retina adalah suatu kegawatan di bidang mata karena kejadian yang mendadak dan dapat menyebakan kebutaan menetap karena lepasnya lapisan saraf retina. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba tanpa mata merah dan nyeri merupakan salah satu tanda dari penyakit ini. Tanda awal penyakit ini adalah sensasi melihat bayangan hitam berterbangan (floaters) dan melihat kilatan cahaya (fotopsia). Penyakit ini membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit untuk mencegah kebutaan yang menetap. Perlu digaris bawahi saat pelaksaan ibadah haji jika didapatkan tand floaters dan fotopsia sebaiknya segera memeriksaka diri agar kejadian penyakit ini dapat dicegah.

Retina merupakan lapisan saraf yang berfungsi menangkap bayangan yang dibiaskan oelh lensa dan kornea. Retina menyalurkan bayangan ke dalam otak untuk diproses sehingga kita dapat melihat obyek dengan jelas. Retina terdiri dari lapisan 10 lapisan tipis saraf dan transparan yang bias diibaratkan seperti kue lapis. Posisi retina pada bola mata hanya menempel pada dinding bola mata seperti wall paper pada dinding. Lapisan yang tipis ini sangat rentan untuk robek atau terlepas dari dinding bola mata yang disebut dengan retinal detachment atau ablasio retina.1Ehlers, J.P (2011) 2Karpecki, P. M. (n.d)

Retinal detachment adalah suatu kegawatan di bidang mata karena kejadian yang mendadak dan dapat menyebakan kebutaan menetap. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba tanpa peradangan ekstraokuler merupakan salah satu tanda dari penyakit ini meskipun dapat juga merupakan tanda dari penyakit lain seperti radang saraf, sumbatan vena retina sentral, sumbatan arteri retina sentral, perdarahan vitreus, ambliopia toksik, histeria, retinopati serosa sentral, sekop dan koroiditis.3HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014) 4Karpecki, P. M. (n.d)

Retinal detachment adalah terlepasnya lapisan saraf retina dari pigmen epitel retina. Retinal detachment secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu :5HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014) 6Karpecki, P. M. (n.d)

1. Retinal detachment rhegmatogen ( dengan robekan ) karena robekan (tear) pada retinan menyebabkan cairan subretina masuk kedalam robekan

Retinal detachment rhegmatogen
Sumber: Rhegmatogenous Retinal Detachment: Features, Part 1, 2018

2. Retinal detachment non rhegmatogen (tanpa robekan) karena eksudasi cairan dibawah retina yang dapat disebabkan oleh:

  • Inflamasi okuler: Vought-Koyanagi-Harada disease
  • Penyakit vaskular okular: coast disease.
  • Penyakit vaskular sistemik: hipertensi maligna.
  • Tumor intraokular melanma koroid hemangioma

Retinal detachment non rhegmatogen
Sumber: Non-rhegmatogenous (Exudative) Retinal Detachment, 2014

Gejala awal yang paling sering ditemui adalah floaters (bayangan hitam seperti nyamuk alau lalat berterbangan ) dan fotopsia (kilatan cahaya pada bidang penglihatan). Peglihatan seperti tirai. Kehilangan penglihatan tanpa rasa sakit. Selama pemeriksaan fundus, ketajaman penglihatan menurun, dan retina yang terpisah tampak pucat , dan pembuluh darah retina bengkok dengan atau tanpa robekan retina.7Ehlers, J.P (2011) 8HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014) 9Karpecki, P. M. (n.d)

Berdasarkan laporan, kejadian retinal detachment pada saat ibadah haji sekitar 5,3 %. Ablasio retina dapat terjadi pada semua usia terutama usia dewasa muda dan usia lanjut baik pada laki – laki dan perempuan. Berdasarkan proses retinal detachment dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu regenerasi retinal akibat robekan atau robekan retinal, traksi retinal detachment yang disebabkan oleh traksi retina dan retina detachment eksudatif yang disebabkan oleh proses eksudasi karena komplikasi penyakit lainnya (seperti tumor, hipertensi, peradangan, dll. Beberpa faktor risiko yang menuingkatkan kejadian retina detachment antara lain miopia yang tinggi, degenerasi retinal, trauma, riwayat operasi intraokular, riwayat ablasi retina dalam keluarga, dan proses penuaan.10Al malki, M. S. (2016) 11HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014) 12Karpecki, P. M. (n.d)

Kejadian retinal detachment tidak dapat deicegah dalam beberapa kasus. Cedera mata tertentu dapat merusak retina dan menyebabkan lepasnya retina. Berikut ini langkah – langkah untuk mengurangi mengurangi risiko retinal detachment.13Al malki, M. S. (2016) 14Ehlers, J.P (2011) 15HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)

  1. Memakai alat pelindung mata untuk mengurangi risiko.
  2. Pasien dengan diabetes melitus sebaikanya melakukan pemeriksaan mata secara teratur, karena pasien diabetes dengan diabetes berisiko mengalami retinopati dan dapat menyebabkan ablasi retina. Atau menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal adalah cara efektif untuk menghindari pelepasan retina.
  3. Pengguna kacamat minus (myopia) tinggi (diatas 6 dioptri) sebaiknya memeriksakan kondisi retina matanya ke dokter spesialis untuk dievaluasi apakah perlu dilakukan laser retina. Pada kondisi ini sebaiknya mengurangi mengangkat beban yang berat karena dapat meningkatkan risiko terjadinya retinal detachment.

Penatalaksanaan retinal detachment.16Ehlers, J.P (2011) 17HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)

  1. Penderita tirah baring total.
  2. Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata.
  3. Pada penderita dengan retinal detachment nonregmatogen, bila penyakit primernya sudah diobati, tetapi masih terdapat retinal detachment, dapat dilakukan operasi cerclage.
  4. Pada retinal detachment regmatogen dapat dilakukan fotokoagulasi, diatermia, scleral buckle, vitrektomi.

Retinal detachment merupakan kasus emergensi sehingga penanganan yang cepat tepat dapat mengembalikan penglihatan. Jika didapatkan tanda – tanda retinal detachment sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit yang terdekat. 18Ehlers, J.P (2011) 19HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014) 20Karpecki, P. M. (n.d)

Notes

  • 1
    Ehlers, J.P (2011)
  • 2
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 3
    HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)
  • 4
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 5
    HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)
  • 6
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 7
    Ehlers, J.P (2011)
  • 8
    HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)
  • 9
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 10
    Al malki, M. S. (2016)
  • 11
    HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)
  • 12
    Karpecki, P. M. (n.d)
  • 13
    Al malki, M. S. (2016)
  • 14
    Ehlers, J.P (2011)
  • 15
    HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)
  • 16
    Ehlers, J.P (2011)
  • 17
    HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)
  • 18
    Ehlers, J.P (2011)
  • 19
    HS, Ilyas., SR, Yulianti. (2014)
  • 20
    Karpecki, P. M. (n.d)

Bibliographical Entries

  • Ilyas HS, Yulianti SR. (2014). Ilmu penyakit mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • Al malki, M. S. (2016). Incidence of acute eye diseases amongst pilgrims durung hajj 2016 in Makkah Saudi Arabia. Internatioanl journal of current research. Desember 8 (12) pp 44359-44361
  • Karpecki, P. M.. Kanski's  Clinical  Ophthalmology : A Systematic Approach. Optometry and Vision Science, 92(10), 2105. e386.doi:10.1097/opx.0000000000000737
  • Ehlers, J.P. (2011). The Wills Eye Manual : Office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease 5 th edition. Lippincolt and wilkins  

Citation

Yuliono Trika Nur Hasan: „Retinal Detachment (Ablasio Retina)“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Tuesday, April 23, 2024.