Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Pendekatan Reggio Emilia: Kurikulum Pembelajaran Berbasis Proyek

Pendekatan Reggio Emilia: Kurikulum Pembelajaran Berbasis Proyek

Reggio Emilia menjadi nama yang sangat tidak asing dalam pendidikan anak usia dini. Reggio Emilia merupakan nama suatu kota kecil di kawasan Italia Utara. Dalam ranah pendidikan, Reggio Emilia dikenal sebagai salah satu pendekatan pembelajaran bagi anak usia dini. Pendekatan ini diciptakan oleh Loris Malaguzzi bersama para orang tua di daerah tersebut setelah terjadi Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1946. Loris Malaguzzi sendiri merupakan seorang ahli pendidikan yang masyhur di Eropa. Beliau meyakini bahwa setiap anak sangatlah cerdas, kuat, serta mempunyai keinginan yang dahsyat1Tanoto (2019). Berbekal keyakinan tersebut, Malaguzzi mengembangkan sebuah pendekatan pendidikan anak usia dini yang dikembangkan untuk pengasuhan dan program pendidikan yang dirancang bagi anak sejak lahir sampai berusia enam tahun. Landasan dari pendekatan ini yakni terdiri dari berbagai teori perkembangan dan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan konstruktivis pada anak. Pendekatan ini juga menekankan pada prinsip pembelajaran DAP (Developmentally Approprite Practice) yang didasarkan pada minat, kemampuan dan kebutuhan anak2Emilia, R. dan Katz, L. G. (2010).

Pendekatan Reggio Emilia sendiri dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menjadikan metode proyek sebagai metode utama dalam pembelajaran Metode proyek yang dimaksud dalam pendekatan Reggio Emilia merupakan suatu proses pembelajaran di mana anak akan dibimbing untuk berusaha memecahkan masalah penting bersama-sama dengan teman lainnya dalam satu tim dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu3Hewett, V. M. (2001). Selain menggunakan metode proyek, pendekatan Reggio Emilia juga dipandang sebagai sebuah perjalanan usaha dalam membangun hubungan dengan lingkungan sekitar.

Adapun tujuan dari pendekatan Reggio Emillia secara umum yakni dalam rangka mengkomunikasikan ide dan potensi anak, serta sumber-sumber pembelajaran yang sering kali terabaikan. Selain itu, Reggio Emilia juga bertujuan untuk membangun suasana pembelajaran yang aktif, konstruktif, dan kreatif 4Dodd-Nufrio, A. T. (2011). Bagi guru, pendekatan ini bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai gotong royong dan kebermaknaan hubungan antara sesama manusia.

Secara singkat, filosofi Reggio Emilia bertumpu pada beberapa prinsip komprehensif berikut 5Halimah, L. (2009):

  1. Anak merupakan individu yang kompeten untuk tumbuh dan berkembang dengan membangun pengetahuanya melalui eksplorasi, ekspresi diri, dan interaksi sosial,
  2. Saling kebergantungan antara anak, pendidik, dan orang tua di mana setiap individu berhasil dalam setiap kaitannya,
  3. Lingkungan sekolah merupakan pendidik ketiga bagi anak, maka dari itu harus dipersiapkan sebaik-baiknya,
  4. Konsep utama pengembangan kurikulum dan proyek pembelajarannya berasal dari ide, kegiatan, dan keingintahuan anak baik direncanakan maupun insidental.

Seperti pada poin 4 di atas, sebuah kurikulum yang menggunakan pendekatan Reggio Emilia dibangun berdasarkan kepentingan anak. Topik dalam pembelajaran dirancang berdasarkan ide, pengalaman, dan pembicaraan anak, masyarakat, maupun keluarga melalui berbagai peristiwa6Arseven, A. (2014). Tugas tenaga pendidik yaitu bekerja sama dengan anak untuk merumuskan hipotesis tentang tujuan dan kemungkinan arah dari sebuah proyek, termasuk di dalamnya alat dan bahan yang diperlukan maupun dukungan serta keterlibatan lingkungan sekitarnya.

Kurikulum dengan pendekatan Reggio Emilia ini bertujuan untuk kemajuan purposif bagi pendidikan. Dalam pelaksanaannya, tenaga pendidik bertugas untuk mengawal dan mengikuti kepentingan proses belajar anak dan tidak memberikan intruksi yang fokus terhadap materi utama7Edwards, C. P. (2003),8Swann, A. C. (2008). Anak diharapkan mampu mengekspresikan pemahaman mereka melalui salah satu dari bahasa simbolik, termasuk di antaranya adalah melalui gambar, bermain peran, dan menulis. Anak juga didorong untuk bekerja sama dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul.

Selanjutnya, guru sebagai fasilitator bertugas mengamati sejauh mana anak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada 9Mcnally, S. A. dan Slutsky, R. (2017). Ide dapat direvisi jika diperlukan dan guru membiarkan anak untuk mengulang proses pembelajaran dan memodifikasi karya dengan tujuan memperdalam pemahaman topik yang lebih baik. Dan yang terakhir, guru juga harus terlibat dalam proses eksplorasi dan evaluasi, serta memperhatikan semua hasil perkembangan anak dalam menyelesaikan masalah sesuai pemahaman mereka10Roopnarine, J. L. dan Johnson, J. E. (2009).

Komponen yang paling penting dalam kurikulum dengan pendekatan Reggio Emilia yakni dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 1. Komponen Kurikulum Reggio Emilia

Inti dari kurikulum dengan pendekatan Reggio Emilia yakni hasil dari ketertarikan anak pada suatu hal yang dibalut dengan metode proyek. Proyek ini tumbuh secara alami dari pengalaman pertama yang direncanakan oleh guru untuk membantu anak dalam mengeksplorasi lingkungan alam, budaya, dan sosial di sekitar mereka maupun hasil dari kejadian spontan, seperti kemunculan ide atau pertanyaan dari anak untuk guru berdasarkan pengalaman dan pengamatannya 11Inan, H. Z. Trundle, K. C. dan Kantor, R. (2010). Hampir setiap pengalaman yang membangkitkan minat anak dapat menjadi dasar proyek. Adapun proyek dilakukan secara mendalam dan mendetail, menggunakan variasi dalam metode penyelidikan dan sebuah gambaran pilihan.

Notes

  • 1
    Tanoto (2019)
  • 2
    Emilia, R. dan Katz, L. G. (2010)
  • 3
    Hewett, V. M. (2001)
  • 4
    Dodd-Nufrio, A. T. (2011)
  • 5
    Halimah, L. (2009)
  • 6
    Arseven, A. (2014)
  • 7
    Edwards, C. P. (2003)
  • 8
    Swann, A. C. (2008)
  • 9
    Mcnally, S. A. dan Slutsky, R. (2017)
  • 10
    Roopnarine, J. L. dan Johnson, J. E. (2009)
  • 11
    Inan, H. Z. Trundle, K. C. dan Kantor, R. (2010)

Bibliographical Entries

  • Swann, A. C. (2008). Children , objects , and relations : Constructivist foundations in the Reggio Emilia Approach. Art Educ., 50(1), 36–50.
  • Hewett, M. (2001 ). Examining the Reggio Emilia Approach to Early Childhood Education. Early Child. Educ. J., 29(2), 95–100.
  • Mcnally, A. & Slutsky, R. (2017). Key elements of the Reggio Emilia Approach and how they are interconnected to create the highly regarded system of early childhood education. Early Child Dev. Care, 187(12), 1925–1937.
  • Tanoto. (2019). Mengenal lebih jauh tentang Reggio Emilia Approach. Tanoto Foundation. https://tanotofoundation.org/id/news/mengenal-lebih-jauh-tentang-reggio- emilia-approach/.
  • Roopnarine, L. & Johnson, J. E. (2009). Pendidikan anak usia dini dalam berbagai pendekatan. Prenada Media Group.
  • Halimah, L. (2009). Pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini. Refika Aditama
  • Dodd-Nufrio, A. T. (2011). Reggio Emilia, Maria Montessori, and John Dewey: Dispelling teachers’ misconceptions and understanding theoretical foundations. Springer Sci., 1(39), 235–237.
  • Arseven, A. (2014). The Reggio Emilia Approach and curriculum development process. Int. J. Acad. Res., 6(1), 166–171.
  • Emilia, & Katz, L. G. (2010). The hundred languages of childern: The Reggio Emilia Approach advanced reflections. Greenwood Publishing Group.
  • Inan, H. , Trundle,K. C. & Kantor, R. (2010). Understanding natural sciences education in a Reggio Emilia inspired preschool. J. Res. Sci. Teach., 47(10), 1186–1208.  
  • Edwards, C. P. (2003). ‘Fine Designs’ from Italy: Montessori education and the Reggio Approach. Stud., 20(1), 20–38.

Citation

Rikza Azharona Susanti: Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,