Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Kurikulum Berbasis Kecerdasan Jamak: Apa, Mengapa, dan Bagaimana

Kurikulum Berbasis Kecerdasan Jamak: Apa, Mengapa, dan Bagaimana

  • Version 1.0
  • Published Tuesday, July 16, 2024

Dalam rangka mengembangkan kurikulum secara inovatif, guru dapat memperkaya kurikulum nasional yang telah ada dengan teori pendidikan anak usia dini yang sudah terbukti dalam berbagai penelitian ilmiah. Salah satu teori yang paling dikenal adalah teori Multiple Intelligences (MI) atau kecerdasan jamak. teori kecerdasan jamak sudah ada sejak tahun 1983 dengan terbitnya buku Frames of Mind yang ditulis oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Havard. Di berbagai negara maju maupun berkembang, kercerdasan jamak sudah menjadi bagian penting dari kurikulum sekolah dan wajib diaplikasikan dalam setiap proses pembelajaran. Sebab kurikulum dengan pendekatan ini memberikan pandangan bahwa setiap anak adalah cerdas, dan setiap kecerdasannya bervariasi 1(S. Siphai, T. Supandee, C. Raksapuk, P. Poopayang, and S. Kratoorerk, 2017). Oleh karena itu, anak memiliki karakteristik unik karena masing-masing dari mereka memiliki kecenderungan atau kombinasi kecerdasan yang berbeda. Bagi guru, hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar dapat memberi stimulasi dan mengembangkan potensi kecerdasan anak secara optimal.

Kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah atau menciptakan suatu produk yang berharga dalam suatu atau berbagai latar belakang budaya2 (L. Halimah, 2009). Dalam penelitian yang memakan waktu lebih dari 15 tahun, Gardner meyakini bahwa setiap anak memiliki kapasitas potensi kecerdasan yang masing-masing berbeda. Fokus dari kecerdasan tersebut mengarah pada 2 hal, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan penciptaan suatu produk yang bermakna3 (C. Mei-ju, H. Pin-chen, and Y. Chen-hsin, 2014). Gardner juga mendefinisikan kecerdasan dalam 3 komponen penting, yaitu:

  1. Kemampuan menciptakan suatu produk yang efektif dan menawarkan layanan berharga bagi seseorang;
  2. Suatu rangkaian keterampilan yang memungkinkan seorang individu untuk menuntaskan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya;
  3. Potensi untuk menciptakan atau menemukan suatu solusi dalam menyelesaikan masalah yang memungkinkan individu untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman baru.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Gardner menghasilkan teori kecerdasan jamak yang menguak spektrum kecerdasan manusia sebagai hal yang jauh lebih luas dari teori kepercayaan manusia sebelumnya. Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan nilai berupa angka semata, akan tetapi setiap kecerdasan mengandung sub- kecerdasan lain yang tingkat dominasinya berbeda (4N. Dong, K. R. Adhe, F. D. Khory, and S. Hartoto, 2018). Hal itulah yang menekankan hakikat pada teori ini, bahwa ragam kecerdasan tidak mungkin hanya dimiliki salah satu saja.

Sebagai contoh, Mahayana mengungkapkan bahwa kesuksesan manusia hanya 4% ditentukan oleh IQ-nya dan setidaknya 75% ditentukan oleh kecerdasan emosional 5(N. Sujiono, 2009). Orang yang ber-IQ tinggi tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah, seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan persoalan hidup karena sulit berkonsentrasi. Emosi yang tidak berkembang atau tidak terkuasai sering membuatnya berubah-ubah dalam menghadapi persoalan dan bersikap terhadap orang lain. Hal tersebut banyak menimbulkan konflik baik dalam dirinya maupun dengan orang lain6 (S. Kamilah, 2019).

Gambar 1. Pembagian Kecerdasan Jamak oleh Gardner (Sumber: blog.adioma.com

Sesuai dengan gambar di atas, Gardner membagi kecerdasan jamak manusia menjadi 9 bagian (dalam beberapa referensi disebutkan hanya ada 8 kecerdasan). Bagian-bagian tersebut sangat kontras satu sama lain dan dimiliki oleh setiap individu, hanya saja tingkat dominasinya berbeda. Hal tersebut tergantung pada bagaimana seseorang dapat mengenali, menggali, mengasah, dan melejitkan potensinya masing-masing dengan dukungan lingkungannya. Adapun paparan singkat dari masing-masing kecerdasan yakni sebagai berikut:

Tabel 4. Gambaran Singkat tentang Kecerdasan Jamak

No.Jenis KecerdasanKeteranganContoh Profesi
1.Linguistik/VerbalKemampuan dalam mengolah atau menggunakan  kata  secara  efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan dalam kecerdasan ini meliputi       menyimak,membaca, menulis, dan berbicaraSastrawan, editor, jurnalis, dan sebagainya.
2.Spasial/VisualKemampuan dalam memvisualisasikan gambar di dalam pikiran atau kemampuan berpikir dalam bentuk visual untuk memecahkan suatu masalah atau menemukan jawaban.Arsitek, navigator, pemburu, dan sebagainya.
3.Logis MatematisKemampuan dalam hal mengolah angka dan logika. Dalam hal ini, anak biasanya menunjukkan minat dan besar terhadap kegiatan yang eksplorasiAkuntan, programmer, dan sebagainya.
4.KinestetisKemampuan   dalam   melakukan berbagai gerakan dengan baik, mulai dari berlari, menampilkan karya seni, membuat hasta karya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan motorik halus dan kasar.Atlit, penari,
pemahat, dan sebagainya.
5.MusikalKemampuan dalam menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara meresepsi, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan.Komposer, penyanyi, pemain opera dan sebagainya.
6.IntrapersonalKemampuan untuk berpikir secara
reflektif, yaitu mengacu pada kesadaran mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri seperti merancang tujuan, instropeksi, dan sebagainya.
Psikolog, konselor, terapis, tentor dan sebagainya.
7.InterpersonalKemampuan berpikir melalui komunikasi dengan orang lain. Kegiatan yang mencakup kecerdasaa ini yaitu memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, permainan kelompok kerjasama dan sebagainya.Guru, wirausaha, politisi, sales dan sebagainya.
8.NaturalisKemampuan dalam mengenal dan
mengeksplorasi spesies (flora dan fauna) di lingkungan sekitar, termasuk di dalamnya mengenal dan mengeksplorasi spesies, memetakan hubungan antara beberapa spesies, serta fenomena alam lainnya.
Dokter, nelayan,
petani,     ekolog, dan sebagainya.
9.EksistensialKemampuan dalam mengajukan dan mencari jawaban pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia, seperti “Mengapa kita hidup?”, “Mengapa kita mati?”, dan lain-lain. Kecerdasan eksistensial ini lebih mengarah ke bidang filsafat. Filsuf, pakar agama, dan sebagainya.

Dengan menggunakan pendekatan kecerdasan jamak, maka kurikulum suatu sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi anak untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat mereka masing-masing 7(L. S. Almeida, M. Dolores, A. I. Ferreira, M. Rosario, M. Ferrando, and C. Ferrándiz, 2010), 8(Y. Delgoshaei and N. Delavari, 2010). Peran serta guru, orang tua, dan masyarakat sekitar akan sangat dibutuhkan dalam mendukung proses pembelajaran dengan kurikulum berbasis kecerdasan jamak ini sejak dini. Hal tersebut akan menunjang pengembangan kecerdasan masing-masing anak. Sebab, anak akan mampu menunjukan dan “berbagi” tentang kelebihan yang dimiliki mereka. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang “spesialis” dalam bidang yang akan ditekuni dalam kehidupannya kelak 9(N. Ghamrawi, 2014).

Notes

  • 1
    (S. Siphai, T. Supandee, C. Raksapuk, P. Poopayang, and S. Kratoorerk, 2017)
  • 2
    (L. Halimah, 2009)
  • 3
    (C. Mei-ju, H. Pin-chen, and Y. Chen-hsin, 2014)
  • 4
    N. Dong, K. R. Adhe, F. D. Khory, and S. Hartoto, 2018)
  • 5
    (N. Sujiono, 2009)
  • 6
    (S. Kamilah, 2019)
  • 7
    (L. S. Almeida, M. Dolores, A. I. Ferreira, M. Rosario, M. Ferrando, and C. Ferrándiz, 2010)
  • 8
    (Y. Delgoshaei and N. Delavari, 2010)
  • 9
    (N. Ghamrawi, 2014)

Bibliographical Entries

  • Y. Delgoshaei and N. Delavari (2010). Applying multiple-intelligence approach to education and analyzing its impact on cognitive development of pre-school children. Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 32, no. 2010, pp. 361–366, 2012, doi: 10.1016/j.sbspro.2012.01.054
  • S. Kamilah (2019). Implementasi Pendekatan Multiple Intelligences dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di Playgroup & Kindergarten Ananda Mentari Yogyakarta. Yinyang J. Stud. Islam. Gender, dan Anak, vol. 14, no. 2, pp. 291–310, 2019, doi: 10.24090/yinyang.v14i2.2019.pp.
  • L. S. Almeida, M. Dolores, A. I. Ferreira, M. Rosario, M. Ferrando, and C. Ferrándiz (2010). Intelligence assessment : Gardner multiple intelligence theory as an alternative. Learn. Individ. Differ., vol. 20, no. 3, pp. 225–230, 2010, doi: 10.1016/j.lindif.2009.12.010.
  • N. Sujiono(2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks, 2009.
  • N. Ghamrawi (2014). Multiple Intelligences and ESL Teaching and Learning. J. Adv. Acad., vol. 25, no. 5, pp. 1–23, 2014, doi: 10.1177/1932202X13513021.
  • N. Dong, K. R. Adhe, F. D. Khory, and S. Hartoto (2018). Multiple Intelligences and Physical Education Curriculum : Application and Reflection of Every Education Level in Indonesia. Adv. Soc. Sci., vol. 212, no. 1, pp. 587–592, 2018.
  • L. Halimah(2009). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama, 2009.
  • C. Mei-ju, H. Pin-chen, and Y. Chen-hsin(2014). Same Theory , Different Day : Inquiry into Preschool Children ’ s Multiple Intelligence and Aesthetics Ability. Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 143, pp. 534–541, 2014, doi: 10.1016/j.sbspro.2014.07.432.
  • Siphai, T. Supandee, C. Raksapuk, P. Poopayang, and S. Kratoorerk(2017). The development of multiple intelligence capabilities for early childhood eevelopment center, local administration organization in Chaiyaphum province. Acad. Journals, vol. 12, no. 2, pp. 94–100, 2017, doi: 10.5897/ERR2016.3059.

Citation

Rikza Azharona Susanti: „Kurikulum Berbasis Kecerdasan Jamak: Apa, Mengapa, dan Bagaimana“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Tuesday, July 16, 2024.