Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Burung (Aves)

Burung (Aves)

Burung adalah salah satu bagian dari keanekaragaman hayati yang sangat penting baik dari sisi ekonomi, rekreasi dan ilmu pengetahuan (Calimpong dan Nuneza, 2015; (Hernowo dan Prasetyo, 1989). Berabad-abad burung menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesenangan kepada masyarakat Indonesia karena keindahan suara dan bulunya. Daftar burung di Indonesia (DBI) nomor 2 mencatat 1.598 jenis burung yang ditemukan di wilayah Indonesia (Sukmantoro, 2007). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara nomor 4 terkaya di dunia dengan jumlah jenis burung setelah Columbia, Brazil, dan Peru. Sebanyak 372 jenis merupakan burung endemik dan 149 jenis adalah burung migran. Ironisnya, di Indonesia juga tercatat 118 jenis burung terancam punah menurut IUCN Red list (Sukmantoro, 2007).

Spesies burung sangat beragam dan masing-masing spesies memiliki keunikan dan bernilai tinggi baik dari segi ekologi, ilmu pengetahuan, wisata dan budaya. Spesies-spesies burung dapat berinteraksi satu dengan yang lain dan tersebar di masing-masing komuitasnya (Wisnubudi, 2009; Alikorda 1990). Ghifari et al (2016) menyatakan bahwa burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling bergantung dengan lingkungannya, dan analisis komponen biotik terutama burung didalam ekosistem penting dilakukan agar diketahui respons biologi terhadap perubahan lingkungan akibat adanya degradasi kualitas lingkungan, sehingga burung dapat digunakan sebagai indikator perubahan kualitas lingkungan (Nugroho,2008).

Jumlah jenis burung di Indonesia tahun 2020 sebanyak 1.794 spesies. Sebelumnya, pada 2019, jumlahnya 1.773 spesies yang berarti 57 bertambah 21 jenis. Berdasarkan IUCN Red List of Threatened Species akhir 2019, ada delapan jenis burung di Indonesia mengalami peningkatan risiko kepunahan. Ancaman kepunahan terjadi akibat perburuan serta rusaknya habitat akibat rusaknya hutan dan alih fungsi lahan. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kekayaan jenis yang sangat tinggi (nomor 4 di dunia) serta peran burung dalam ekosistem yang demikian besar dituntut untuk menjaga kelestarian ini.

Menjaga kelestarian burung dan alam secara umum berarti menjaga kemanfaatannya dan perannya dalam ekosistem, hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip keislaman yang diajarkan di dalam Al-Qur’an; seperti dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 128: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”, juga dalam surah Al-Qashash ayat 77:

“….Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.  Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “.

Upaya pelestarian burung tidak mungkin dilakukan kecuali diawali dengan mengenal dan memahami ciptaan Allah itu sendiri (burung), dengan pengetahuan itu manusia akan banyak mengambil pelajaran. Allah SWT berfirman dalam QS al-An’am ayat 38:

“Dan tiadalah binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhan lah mereka dihimpunkan”.

Gambar 1. Status Burung di Indonesia Sumber: www.burung.org dalam https://www.mongabay.co.id

Dalam ayat yang lain juga disebutkan: Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (An-Nur: 41).

Penekanan tentang cakupannya yang menyeluruh itu diperlukan, karena boleh jadi sementara atau bahkan banyak orang tidak menyadari hakikat yang diungkap al-Qur’an ini, yakni binatang laut, darat dan udara adalah umat seperti manusia (Shihab, 2002).

Burung yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Perannnya dalam Ekosistem

Jika kita mengamati secara seksama bahwasanya burung adalah makhluk yang memiliki kedudukan cukup istimewa di dalam Alquran. Penyebutan burung di dalam Al-Quran terdapat dalam dua bentuk: yaitu menggunakan istilah umum dan khusus. Dalam istilah khusus ada tiga jenis burung yang disebutkan yaitu burung puyuh, butung gagak dan burung hud-hud. Sedangkan secara umum kata-kata burung disebutkan sebanyak 12 kali sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 1. Penyebutan “burung” dalam Al-Qur’an secara umum

NoNama SuratNo SuratNo AyatJumlah PenyebutanBentuk Penyebut
1Al Baqarah22601umum
2Ali Imran3492umum
3AlMaidah531,114umum
4AlAn’am6381umum
5Yusuf1236,412umum
6An Nahl16791umum
7AlAnbiya21791umum
8AnNur24411umum
9AnNaml27201umum
10Al Waqiah56211umum
11AlMulk67191umum
12Al Fil10531umum

Tabel 2. Penyebutan burung dalam ayat Al-Qur’an secara spesifik

NoNama dalam AQNama UmumNama SuratNo SuratNo AyatPenyebutanJumlah
1SalwaBurung PuyuhAl Baqarah257Spesifik3
Al A’raf7160Spesifik
Tha ha2080Spesifik
2GurabGagakAl Maidah531Spesifik2
3HudhudHud-hudAl Naml2722-24Spesifik1

Hasil penelitian juga menyebutkan bahwasanya burung memiliki peran yang sangat penting dalam rantai ekosistem; mereka dapat berfungsi untuk sebagai polinator, sebagai predator, sebagai pemakan hama, pemakan serangga dan juga sebagai penyebar biji-bijian yang menyebabkan tumbuhan bisa tumbuh di berbagai macam wilayah bumi.

Penyebutan burung dalam Al-Qur’an dalam berbagai macam konteks pada intinya adalah bertujuan untuk menunjukkan kemahakuasaan Allah SWT dan pentingnya meyakini tentang kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. Manusia dituntut untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan mempertanggungjawabkan segala nikmat yang diterima ketika dia hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya.

Oleh karenanya berikut ini kami sebutkan tentang beberapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang burung dan berbagai tujuan serta hikmah yang dapat dipetik sebagaimana berikut:

  1. Untuk menunjukkan kemahakuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala membangkitkan manusia pada hari kiamat (AlBaqarah ayat 260).
  2. Untuk menunjukkan keajaiban dari Allah sebagai bukti kenabian dari Nabi Isa Alaihissalam sebagaimana di dalam Surah Ali Imron ayat 49.
  3. Menunjukkan Mukjizat Nabi Isa AS bin Maryam tentang kemampuannya menciptakan burung dari tanah liat (Al-Maidah 110).
  4. Menunjukkan bahwa sebagaimana makhluk yang lain seperti manusia, burung memiliki komunitas (Al-An’am 38).
  5. Tampil dalam mimpi Nabi Yusuf AS (Yusuf: 36).
  6. Interpretasi mimpi Nabi Yusuf AS (Yusuf: 41).
  7. Mengembangan cara berfikir manusia tentang mekanisme terbang burung (Al-Mulk 19).
  8. Menunjukkan kekuasaan Allah pada Nabi Dawud AS (21:79).
  9. Menunjukkan bahwa burung memiliki kemampuan untuk bertasbih dan berdoa kepadaNya (An-Nur 24).
  10. Burung berperan sebagai anggota pasukan Nabi Sulaiman yang sangat penting (An-Naml 20-24).
  11. Memberikan informasi bahwa diantara makanan pendusuk surga adalah daging burung (Al-Waqiah: 21).
  12. Menunjukkan kemahakuasaan Allah dengan menghukum musuhNya (Al-Fiil 1-5).

Di samping penyebutan secara umum sebagaimana diatas, dalam Al-Qur’ an juga dapat dijumpai ayat-ayat yang menyebutkan nama burung secara spesifik sebagaimana berikut:

1. Burung Salwa atau Burung Puyuh (Coturnixcoturnix)

Di antara jenis burung yang disebutkan secara spesifik di dalam Al-Qur’an adalah burung puyuh/burung salwa, atau memiliki nama ilmiah Coturnix coturnix japonica.


Gambar 2. Coturnix coturnix japonica

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galiiformes
Famili: Phasianidae
Genus: Coturnix
Spesies:  Coturnix coturnix
Japonca
Nama Umum
Burung puyuh, puyuh, burung salwa, quail

Burung puyuh dikenal di masyarakat sebagai burung petelur sekaligus pedaging. Dagingnya yang lembut dan telurnya yang bergizi tinggi sering menjadi pilihan makanan atau kuliner di berbagai wilayah di Indonesia. Setidaknya ada empat jenis burung puyuh yang tersebar di dunia. Keempat jenis burung puyuh itu diantaranya puyuh jepang, puyuh batu, puyuh gonggong jawa, dan bobwhite. Khusus di Indonesia kebanyakan berjenis gonggong jawa dengan corak vairasi garis dan totol. Namun banyak juga ternak burung puyuh di Indonesia yang menggunakan burung puyuh jepang. Karena berbeda dengan spesies puyuh lainnya, burung puyuh jepang mampu menghasilkan sekitar 300 telur per tahun dengan bobot telur sekitar 10 gram per butirnya (Indonesia.org).

Pada dasarnya, burung puyuh memakan biji-bijian, namun juga sering ditemui burung puyuh memakan serangga dan mangsa lain yang berukuran kecil. Burung puyuh lebih banyak hidup di permukaan tanah, berkemampuan untuk lari, dan terbang dengan kecepatan tinggi meskipun dengan jarak tempuh yang pendek. Khusus burung puyuh jepang mampu terbang dengan jarak yang lebih jauh dibanding spesies puyuh lainnya.

Perbedaan antara burung puyuh jantan dengan betina dapat terlihat jelas. Burung puyuh jantan dewasa memiliki ukuran lebih kecil dibanding puyuh betina. Selain itu, pada dada puyuh jantan bulunya bewarna cokelat polos, sedangkan puyuh betina terdapat corak totol disekitar dadanya. Selain itu pada pangkal paruh puyuh jantan bewarna kemerahan, sedangkan betina hanya bewarna cokelat. Terakhir, ciri lainnya yaitu pada puyuh jantan terdapat benjolan di atas kloaka, dan jika ditekan akan mengeluarkan cairan putih seperti pasta dari kloaka. Umur dewasa burung puyuh jantan ditandai dengan mulainya berkokok, sedangkan pada puyuh betina ditandai dengan mulai produktinya bertelur.

Uniknya, burung yang memilik telur bercorak ini merupakan burung yang menyukai kebersihan. Burung puyuh aktif selalu menjaga bulunya tetap bersih pada siang maupun malam hari. Di alam liar, burung puyuh dapat bertahan hidup selama 3-5 tahun. Istimewanya lain dari burung ini juga memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit.

Burung Salwa atau burung puyuh, Coturnix coturnix japonica dapat dijumpai pada 3 surat, yaitu Al Baqarah 57, Al A’raf 160 dan Tha Ha 80:

“Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” (A1-Baqarah: 57)

“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!”. Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman): “Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu”. Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri”(Al-A’raf 160)

“Hai Bani Israil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa”(Thaha: 80)

Makna kata-kata Salwa menurut sebagian mufassir adalah Burung Puyuh (https://tafsirweb.com/362-quran-surat-al-baqarah-ayat-57.html).

2. Penyebutan Burung Gurab atau Gagak (Corvusspp.)

Penyebutan burung gagak dapat dijumpai dalam QS Al-Maidah ayat 31: “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu  jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal“.

Gambar 3. Gagak  (Corvus sp.) (https://rimbakita.com/gagak/)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Corvidae
Genus: Corvus
Nama Umum
Gagak

Burung bersuara serak dan nyaring ini kerap dikaitkan dengan mitos-mitos tertentu, seperti kematian atau kesialan. Secara morfologi, ukuran tubuh gagak antara 35 sampai 51 cm. Warna bulunya umumnya hitam mengkilap dengan paruh dan dan kaki berwarna hitam. Pada bagian pangkal paruh terdapat kulit berwarna hitam kemerahan. Iris mata gagak berwarna cokelat gelap. Pada gagak hutan memiliki dasar paruh atas melengkung ke dalam.

Burung gagak dapat hidup di daerah beriklim tropis hingga sedang. Burung omnivora ini mudah dijumpai di kawasan pinggiran hutan, terutama di daerah hutan pesisir. Sedangkan di habitat dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl, burung ini mulai jarang ditemukan. Makanan utama gagak adalah buah-buahan. Meskipun menyuai buah-buahan, gagak juga memakan hewan kecil, seperti invertebrata (kadal kecil).

Sebaran gagak hampir seluruh dunia, antara lain:

  • Sunda Besar, Filipina, Semenanjung Malaysia.
  • Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Maluku.
  • Gagak Besar bisa dijumpai di seluruh kawasan Arktik.
  • Gagak Pohon hidup di kawasan Eropa, Afrika, serta Asia.

Di antara spesies endemik gagak yang ada di Indonesia adalah Gagak Flores atau Corvus florensis. Ini adalah satu jenis burung gagak langka yang endemik pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Burung yang masih berkerabat dengan Gagak Banggai (Corvus  unicolor). Gagak Hutan (Corvusenca), dan Gagak Kelabu (Corvustristis)  termasuk burung langka dengan status konservasi Endangered (Terancam). Meskipun langka dan endemik, sayangnya Gagak Flores luput dari daftar burung yang dilindungi di Indonesia.

Gagak Flores menambah daftar burung endemik pulau Flores selain Serindit Flores (Loriculus flosculus), Kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), Celepuk Flores (Otus alfredi), dan Perkici Flores (Trichoglossus weberi). Nama latin hewan ini adalah Corvus florensis B~ttikofer, 1894. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Flores Crow.

Burung Gagak Flores (Alamendah.org) mempunyai tubuh berukuran panjang sekitar 40 cm. Seluruh bulunya berwarna hitam. Iris mata berwarna gelap. Busur paruhnya berbulu dari pangkal sampai setengah panjangnya.

Gambar 4. Gagak Flores (Corvusflorensis).O James Eaton/Birdtour Asia

Suara burung Gagak Flores (Corvusflorensis) serupa bunyi “cwaaa”, “cawaraa” atau “waak” tinggi, yang terdengar parau, menurun, dan diulang 1 hingga 3 kali. Juga terkadang suara letupan dan degukan serupa bunyi “pol-ok” atau “burr-ok” yang bergaung. Juga suara saling kontak yang berciut-ciut, parau, dan tenang. Saat mengeluarkan suara panggilan, ekor burung bergerak ke bawah, atau terkadang tubuhnya ditahan horisontal dengan kepala direndahkan dan ekor dirapatkan.

Flores Crow atau Gagak Flores merupakan burung penetap. Hidup secara sendiri, berpasangan, atau terkadang dalam kelompok kecil yang beranggotakan hingga 6 burung. Cenderung pemalu dan tampak selalu waspada. Merupakan burung endemik dengan daerah sebaran yang terbatas di pulau Flores bagian barat dan Rinca, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Habitatnya hutan primer dan sekunder, kawasan bekas hutan, hutan hujan tropis, hutan semi luruh-daun, hingga kawasan dengan pepohonan yang jarang di dataran rendah hingga ketinggian 950 mdpl. Musim berbiak biasanya antara bulan September hingga Januari. Membuat sarang yang dibentuk  dari jalinan ranting. Sarang diletakkan pada pohon dengan ketinggian sarang sampai 12 meter dari permukaan tanah. Dalam sekali berbiak, menghasilkan 2-3 butir  telur.

Populasi burung Gagak Flores diperkirakan berkisar antara 600-1700 ekor burung dewasa. Atau setara dengan 1000 hingga 2500 ekor secara keseluruhan. Populasinya diyakini mengalami penurunan. Ancaman terhadap kelestarian burung dari famili Corvidae ini diakibatkan oleh kerusakan dan hilangnya habitat sebagai akibat beralihnya fungsi hutan menjadi daerah pertanian.

Berdasarkan terbatasnya daerah sebaran, penurunan populasi, dan terus terjadinya degradasi habitat, IUCN memasukkan Gagak Flores sebagai spesies Endangered (Terancam) sejak tahun 2000. Sebelumnya (1994) terdaftar sebagai spesies Vulnerable. Sayangnya, meskipun termasuk burung langka, sebagaimana saudara dekatnya Gagak Banggai, Gagak Flores belum terdaftar sebagai burung yang dilindungi di Indonesia.

3. Burung Hud-hud (Upupa epops)

Burung berikutnya yang disebutkan secara spesifik di dalam Al-Qur’an adalah burung hud-hud. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Naml Ayat 22-24 sebagaimana berikut:

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. Maka tidak lama kemudian (datanglah  hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk

Burung hud-hud dapat dijumpai di Indonesia, namun terbatas di Sumatera dan Kalimantan saja. Mereka kadang mendatangi Indonesia untuk bermigrasi saat daerah asalnya mengalami musim dingin. Hud-hud merupakan nama yang disebutkan dalam Al-Quran, sedangkan nama lokalnya sendiri adalah hupo tunggal. Dalam bahasa inggris dia disebut dengan sebutan Eurasian Hoopoe dan memiliki nama ilmiah Upupa epops.

Gambar 5. Burung Hud-hud (Upupa epops) (edubio.info)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Coraciiformes
Famili: Upupidae
Genus: Upupa
Spesies:  Upupa epops
Nama Umum
Hupo, Hudhud, Hupo  tunggal, Eurasian Hoopoe

Sangat mudah mengenali burung hud-hud karena memiliki ciri fisik yang sangat mencolok. Dia memiliki paruh yang panjang dengan jambul panjang pula. Dari kepala leher dada dan punggung berwarna coklat dengan ujung jambul hitam. Sayap dan ekornya kombinasi antara warna hitam dan putih berselang-seling. Ukuran 30 cm, agak lebih besar dari burung merpati. Dia akan menggerakkan kepalanya dengan mengangguk-angguk saat bersuara, “hup-hup-hup” begitulah kira-kira suaranya.

Ketika akan hinggap di pohon atau ketika merasa ada bahaya yang mendekatinya, dia akan mengangkat jambulnya sebagai tanda waspada. Predator hud-hud umumnya adalah burung pemangsa seperti elang dan alap-alap. Burung ini aktif beraktivitas di lahan terbuka yang lembab. Dia akan menusuk-nusukkan paruhnya yang panjang di tanah untuk mencari makanan berupa serangga. Sarangnya adalah lubang-lubang di pohon maupun tebing yang melindunginya dari terik matahari dan hujan.

Persebaran dan Ras

Terdapat 9 ras burung hupo dengan persebaran sebagai berikut.

  1. Upupa epops, dapat ditemukan di Afrika barat laut, Eropa Timur, China, dan India.
  2. Upupa senegalensis, dapat ditemukan di Aljazair, Senegal, Ethiopia, dan Somalia.
  3. Upupa major, dapat ditemukan di Mesir, Sudan Utara, dan Chad.
  4. Upupa waibeli, dapat ditemukan di Kamerun, Zaire, Uganda, dan Kenya.
  5. Upupa africana, dapat ditemukan di Zaire tengah hingga Kenya, dan the cape Afrika di selatan.
  6. Upupa marginata, dapat ditemukan di madagaskar.
  7. Upupa saturata, dapat ditemukan di Rusia, Jepang, China, dan Tibet.
  8. Upupa longirostris, dapat ditemukan di Bangladesh, China Selatan, Malaysia, Sumatera, dan Indochina.
  9. Upupa ceylonensis, dapat ditemukan di Pakistan, India, dan Sri Lanka.

Berbicara mengenai keahlian dari burung hud-hud, Allah SWT telah memberikannya sebuah mukjizat berupa penglihatan yang tajam sehingga dapat menyibak kegelapan di bumi demi mencari sumber air. Kisah ini dimulai dari penjelasan Sayyidina Ibnu Abbas tentang kemampuan burung Hud-hud. Ia menjelaskan:

“Bahwa burung Hud-hud sangat ahli dalam mencari air dan ditugaskan secara khusus oleh Nabi Sulaiman ketika berada di padang pasir. Dengan kemampuannya, Hud-hud dapat melihat sumber air di dalam tanah seperti manusia dapat melihat sesuatu di permukaan tanah. Hud-hud juga dapat melihat seberapa jauh dan seberapa dalam sumber air di dalam tanah itu. Ketika Hud-hud menunjukkan letak sumber air, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memerintahkan jin untuk menggali tempat itu sampai air keluar dari dasar bumi”(Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Riyadh: Dar Thayyibah, 1999,  juz 6, h. 184).

Selain nama-nama burung di atas berikut kami sajikan beberapa contoh hasil pengamatan burung di Cohan Tarzan dan Cohan Kodok Kabupaten Malang hasil dari dokumentasi pribadi tim penulis (2020).

Gambar 6. Beberapa spesies yang teramati dengan baik di Coban Tarzan, dari kiri ke kanan, atas ke bawah: a. Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides), b. Bentet Kelabu (Lanius schach), c. Cekakak Sungai (Todiramphus chloris), d. Cucak kutilang (Pycnonotusaurigaster), e. Elang ular bido (Spilornis cheela), f. Merbah cerukcuk (Pycnonotus goaivier), g. Ciung batu siul (Myophonus caeruleus), h. Ayam hutan merah (Gallus gallus), dan i. Burung madu sriganti (Nectariniajugularis).

Gambar 7. Beberapa spesies yang teramati dengan baik di coban tarzan; a. Cipoh kacat (Aeghitina tiphia), b. Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), c. Elang hitam (Ictinaetusmalaiensis), d. Bondol peking (Lonchura punctulata), e. Ciung batu siul (Myophonus caeruleus), f. Prenjak (Prinia inornata), g. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), h. Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), i. Kapasan kemiri (Lalage nigra), j. Meninting besar (Enicurus leschenaulti),k. Cekakak sungai (Todiramphus chloris), dan 1. Caladi ulam (Dendrocopos macei)

Citation

Bayyinatul Muchtaromah, Nur Kusmiyati, Kholifah Holil, Berry Fakhry Hanifa, Mujahidin Ahmad, Prilya Dewi Fitriasari, Lil Hanifah, Rizky Mujahidin Mulyono, Nur Izza Analisa: „Burung (Aves)“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Tuesday, July 16, 2024.