Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Kurikulum Kreatif: Akar Dari Segala Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

Kurikulum Kreatif: Akar Dari Segala Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

  • Version 1.0
  • Published Wednesday, July 17, 2024

Kurikulum kreatif (creative curriculum) merupakan akar filosofi pendidikan yang dalam teorinya dapat dipraktikan secara langsung, seperti dasar dari segala kurikulum yang ada pada pendidikan anak usia dini 1(H. Gullickson, R. Cameron, L. Marose, I. Tiefenthaler, and T. Van Nice, 2018). Kurikulum ini dikembangkan dengan dasar teori Erik Erikson tentang tahapan perkembangan sosio-emosional, teori John Piaget tentang bagaimana cara anak berpikir dan belajar, teori terkait dengan prinsip-prinsip perkembangan fisik dan motorik, serta pengaruh budaya 2(D. T. Dogde and L. J. Colker, 2002). Fokus dari pengembangan kurikulum ini yakni mendorong dan mendukung bermain anak dalam mengembangkan enam domain penting, yaitu kesadaran diri (personal awareness), emosional (emotional well-being), kognitif, komunikasi, sosialisasi, dan kemampuan perseptual motor. Di samping itu, kurikulum kreatif menunjukkan kepada tenaga pendidik tentang bagaimana untuk membantu perkembangan anak dengan respon-respon yang positif terhadap setiap tingkatan perkembangan anak.

Gambar 1. Kerangka Kurikulum Kreatif (Sumber: schoolbag.info)

Tujuan dari kurikulum kreatif dalam pendidikan anak usia dini yakni untuk membantu anak menjadi individu yang lebih antusias untuk belajar dan bermain, mendorong mereka menjadi penjelajah yang kreatif, aktif, serta tidak takut untuk mencoba ide-ide yang mereka ciptakan sendiri 3(D. Trister and J. Laura, 1991). Pada akhirnya, kurikulum kreatif ini diharapkan dapat membantu anak menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan penuh semangat. Agar tujuan-tujuan tersebut tercapai, maka guru harus memiliki kemampuan untuk mengarahkan anak ke dalam 3 hal berikut:

  1. Belajar dengan caranya sendiri dan dengan kecepatan masing-masing,
  2. Belajar dan mengulangi suatu pekerjaan yang telah ditunjukkan oleh orang lain,
  3. Bereksperimen untuk mencari tahu bagaimana sesuatu terjadi.

Tipe lingkungan belajar yang terdapat dalam kurikulum kreatif didesain sedemikian mungkin untuk membantu anak mengembangkan rasa “trust and belonging” 4(D. T. Dogde and L. J. Colker, 2002). Anak diharapkan dapat merasa aman dan nyaman untuk mengeksplorasi apa yang tersedia dalam lingkungan tersebut, termasuk materi pembelajaran dan hubungan dengan sebaya maupun orang dewasa. Mereka juga diharapkan dapat merasa berharga ketika orang lain mendengarkan ide atau pendapat mereka serta dapat mengekspresikan hal tersebut dengan baik dan benar.

Kurikulum kreatif tidak hanya berdasarkan pada konten dari pembelajarannya saja, melainkan juga sistem penyampaiannya harus diperhatikan. Justru hal ini yang akan menentukan keberhasilan dari efektif atau tidaknya materi pembelajaran. Sistem penyampaian kreatif tersebut hendaknya dirancang dengan sedemikian rupa oleh setiap lembaga sesuai dengan kebutuhan. Hal ini bertujuan agar guru dapat terinspirasi dan mengembangkan pola pengajarannya. Sistem penyampaian yang telah dikonsep akan menjadi tuntunan dasar bagi para guru 5(M. Khairil, 2015). Sebab, tidak semua guru memiliki kepercayaan diri untuk berinovasi dan mampu bersikap kreatif. Dengan adanya sistem penyampaian kreatif yang dibakukan oleh masing-masing lembaga, maka hal tersebut akan memudahkan guru untuk memahami dan mendalami tentang kurikulum kreatif.

Dalam pelaksanaannya, kurikulum kreatif meliputi 10 area bermain anak yang nantinya akan ditentukan sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka masing-masing. Adapun 10 area tersebut yakni area balok, bermain peran (house corner), meja bermain, seni, pasir dan air, perpustakaan, musik, memasak, komputer, dan outdoor 6(Hasbullah, 2016). Kegiatan pembelajaran di area-area tersebut dibalut dengan permainan yang aktif, interaktif, menarik, dan menyenangkan bagi anak.

Dalam kurikulum kreatif, anak dan guru juga dituntuk untuk mengasah kreativitasnya sedalam mungkin. Menjadi kreatif berarti dapat memikirkan ide-ide baru, menambah pengetahuan baru dengan eksplorasi maupun diskusi, belajar berdasarkan trial and error, serta belajar dari kesalahan yang telah diperbuat7 (J. L. Roopnarine and J. E. Johnson, 2009), 8(N. Ineu, 2003). Adapun tugas guru yang paling utama dalam pelaksanaan kurikulum kreatif bagi anak usia dini yakni menjadi pembimbing, pendukung, responsif terhadap anak, dan bebas untuk berkreasi. Penilaian dalam kurikulum kreatif ini lebih didominasi oleh observasi, dokumentasi, dan hasil karya.

Notes

  • 1
    (H. Gullickson, R. Cameron, L. Marose, I. Tiefenthaler, and T. Van Nice, 2018)
  • 2
    (D. T. Dogde and L. J. Colker, 2002)
  • 3
    (D. Trister and J. Laura, 1991)
  • 4
    (D. T. Dogde and L. J. Colker, 2002)
  • 5
    (M. Khairil, 2015)
  • 6
    (Hasbullah, 2016)
  • 7
    (J. L. Roopnarine and J. E. Johnson, 2009)
  • 8
    (N. Ineu, 2003)

Bibliographical Entries

  • H. Gullickson, R. Cameron, L. Marose, I. Tiefenthaler, and T. Van Nice (2018). Critique of the Creative Curriculum for Preschool. Univ. Mont. J. Early Child. Scholarsh. Innov. Pract., vol. 2, no. 1, pp. 22–66, 2018, [Online]. Available: https://scholarworks.umt.edu/ecsip/vol2/iss1/2.
  • M. Khairil (2015).  Jiwa Pendidik dan Kurikulum Kreatif.  Kompasiana,        2015. https://www.kompasiana.com/m.khairil/55017db7a333115d6f5133ae/jiwa-pendidik- dan-kurikulum-kreatif (accessed Sep. 10, 2020).
  • Hasbullah (2016), Model Pengembangan Kurikulum PAUD. As-Sibyan, 1, no. 1, pp. 21–28.
  • L. Roopnarine and J. E. Johnson (2009) Pendidikan Anak Usia Dini dalam Berbagai Pendekatan. V. Jakarta: Prenada Media Group, 2009.
  • N. Ineu (2003). Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. J. Pendidik. Usia Dini, vol. 1, no. 1978, pp. 1–17, 2003.
  • D. T. Dogde and L. J. Colker (2002). The Creative Curriculum for Early Childhood. Washington DC: Teaching Strategies, 2002.
  • D. Trister and J. Laura (1991). The Creative Curriculum for Family Child Care. Washington DC: Head Start Bureau, 1991

Citation

Rikza Azharona Susanti: „Kurikulum Kreatif: Akar Dari Segala Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Wednesday, July 17, 2024.