Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Sengatan Panas (Heat Stroke)

Sengatan Panas (Heat Stroke)

  • Version 1.0
  • Published Thursday, April 25, 2024

Ringkasan


Perbedaan suhu yang cukup ekstrim di Indonesia dan di Arab Saudi menyebabkan jemaah haji Indonesia mudah terkena sengatan panas. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan cairan. Angka kematian jemaah haji akibat sengatan panas cukup tinggi, sehingga perlu adanya perilaku pencegahan yang baik.

Sejumlah penyakit akibat suhu panas yang mencapai 40-50°C di tanah suci akan membayangi jemaah haji. Berdasarkan situs weather.com, rata-rata suhu pada perkiraan musim haji (Juni-Agustus) adalah antara 40-48°C 1weather.com, tentu saja perbedaan suhu ini dengan di tanah air mengakibatkan jemaah haji Indonesia mudah terkena sengatan panas atau heat stroke. Masalah kesehatan yang terjadi pada jemaah haji akibat paparan cuaca panas yang ekstrim di Arab Saudi, diakibatkan oleh terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan yang dapat menimbulkan sengatan panas atau memperburuk penyakit yang telah diderita sejak dari tanah air, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tingginya angka kematian jemaah haji pada kondisi cuaca panas yang ekstrim akibat sengatanpanas seharusnya dapat dicegah dengan perilaku pencegahan yang baik, ditunjang dengan perilaku sehat yang lain.2IN, Istiqomah., LN, Azizah. (2020)

Sengatan Panas


Sengatan panas didefinisikan sebagai peningkatan suhu inti tubuh melebihi 40°C disertai adanya disfungsi sistem saraf pusat dan terjadi pada lingkungan dengan suhu yang tinggi. Sengatan panas adalah bentuk paling parah dari sejumlah penyakit yang disebabkan oleh panas dan kegagalan mekanisme homeostatis normal.3SS, Mørch et al. (2017) Ada dua tipe sengatan panas, yang pertama adalah Non Exertional Heat Stroke/Classic Heat Stroke, biasanya terjadi pada usia lanjut karena ada gangguan pada sistem termoregulasi dan yang kedua adalah Exertional Heat Stroke, biasanya terjadi pada usia muda karena melakukan aktivitas fisik yang berat pada lingkungan dengan suhu tinggi.4SS, Mørch et al. (2017)

Mekanisme Sengatan Panas


Sengatan panas terjadi ketika tubuh tidak bisa mengeluarkan panas secara memadai karena kondisi lingkungan yang ekstrim atau peningkatan produksi panas endogen. Ketika mekanisme termoregulasi tubuh tidak terlampaui, dapat terjadi tingkat kegagalan organ yang bervariasi.5Y, Epstein., WO, Roberts. (2011) Diagnosis yang cepat dan penurunan suhu tubuh yang cepat sangat penting, karena kondisi ini memicu serangkaian peristiwa metabolisme yang dapat berkembang menjadi cedera atau kematian yang tidak dapat disembuhkan.6GS, Lipman et al. (2014)

Temperatur lingkungan yang tinggi di Arab Saudi dapat menyebabkan terjadinya penyerapan panas yang berlebihan dan proses pembuangan panas menjadi tidak efektif. Jika suhu tubuh mencapai 42°C maka sel-sel tubuh mulai mengalami kerusakan dan kehilangan kemampuan fungsionalnya sehingga dapat mengakibatkan kegagalan sistem multi organ dan koagulasi intravaskular diseminata (DIC).7Y, Miyake (2013)

Gejala penyakit terkait panas (Heat-related illness)


Penyakit terkait panas merupakan perjalanan penyakit yang dimulai dari bentuk yang ringan yaitu heat cramps (kram panas), selanjutnya heat exhaustion (kelelahan panas), dan bentuk fatalnya adalah heat stroke atau sengatan panas.

Jemaah haji rentan terjadi sengatan panas
Sumber: Dok. pribadi

Kram Panas


Gejala utama kram panas adalah kram otot, paling sering disebabkan oleh dehidrasi, menurunnya kadar elektrolit dan natrium. Otot yang paling sering terkena adalah yang paling sering digunakan, seperti otot bahu, paha, dan betis. Kram panas biasanya terjadi saat orang yang tidak fit atau tidak terbiasa berolahraga cuaca panas di lingkungan yang panas. Secara klinis, jemaah dengan kram panas umumnya datang dengan nyeri otot yang akut dan parah. Pada keadaan ini, suhu tubuh dan tanda vital lainnya biasanya normal. Bagaimana kram panas terjadi tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan besar karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada otot individu.8Bobak, David A, Auerbach P (2006)

Jika terjadi kram panas yang perlu dilakukan adalah istirahatkan jemaah, regangkan otot yang terkena, dan konsumsi natrium. Cairan secara intravena dapat diberikan untuk kasus-kasus berat, kram otot yang menyeluruh, atau jika konsumsi secara oral tidak memungkinkan.9SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)

Kelelahan Panas


Kelelahan panas terjadi ketika seseorang mengalami dehidrasi dan lemah. Seseorang biasanya datang ke petugas kesehatan haji dengan keringat berlebih pusing, haus, lemas, sakit kepala, dan malaise dan pada pemeriksaan klinis mengalami takikardia. Kondisi seseorang dengan kelelahan panas tidak ditemukan gejala gangguan sistem saraf pusat sebagaimana ditemukan pada mereka dengan sengatan panas. Kesadaran pada seseorang dengan kelelahan panas adalah normal. Kelelahan panas lebih umum terjadi dan manifestasinya lebih ringan pada penyakit yang terkait panas di mana suhu inti antara 37°C-40°C.10G GK (2018)

Tata laksana bagi yang mengalami kelelahan panas adalah sebagai berikut: segera longgarkan pakaian, pindahkan ke lingkungan yang sejuk dan teduh, posisikan pasien terlentang, dan sebaiknya kaki dielevasi. Pemberian cairan secara oral lebih disukai dari pada cairan intravena apabila pasien sadar, mampu menelan, dan tidak ada muntah atau diare. Tanda-tanda vital harus dipantau, bawa segera ke rumah sakit jika gejala tidak membaik setelah 20 sampai 30 menit.11SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)

Sengatan Panas


Sengatan panas adalah keadaan darurat yang harus segera diberikan pertolongan. Diagnosisnya klinis dan didasarkan pada dua kriteria, yaitu : (1) suhu tubuh inti meningkat > 40ºC ; dan (2) terdapat gangguan sistem saraf pusat. Tanda-tanda gangguan sistem saraf pusat adalah penting untuk diagnosis sengatan panas, diantaranya : kebingungan, mudah marah, dan agitasi. Kejang, koma, dan garak tubuh tidak terkendali terlihat pada kasus yang parah. Kelainan sistemik lainnya meliputi : meningkatnya denyut jantung, frekuensi napas, menurunnya tekanan darah, jumlah kencing menurun 12. Pasien dengan sengatan panas harus mendapatkan pertolongan sesegera mungkin. Terapi diawali dengan stabilisasi airway, breathing, dan circulation. Morbiditas akan sangat menurun bila dapat dilakukan pendinginan sesegera mungkin.12SI, Shiraishi., H, Yokota (2013) 13G GK (2018)

Faktor risiko sengatan panas


Kondisi yang mengganggu proses termoregulasi, pembuangan panas, rehidrasi atau upaya pendinginan, akan menjadi faktor risiko kejadian sengatan panas. Kondisi-kondisi tersebut diantaranya:14Mørch et al. (2017) 15Burt, A., English W (2016)

  1. Usia lanjut, diatas 65 tahun
  2. Penyakit kardiovaskular atau hipertensi
  3. Diabetes mellitus
  4. Penyakit hati
  5. Penyakit ginjal atau penggunaan diuretik
  6. Penyakit gangguan tiroid
  7. Obesitas
  8. Penyakit kulit, misalnya anhidrosis, psoriasis, miliaria, scleroderma
  9. Penggunaan alkohol atau kokain
  10. Riwayat terkena heat stroke sebelumnya

Jemaah haji menggunakan payung untuk mengurangi panas
Sumber: The Nationa
l

Pencegahan


Kondisi sengatan panas lebih mudah dicegah daripada diobati.16SI, Shiraishi., H, Yokota (2013) Untuk mencegah penyakit terkait panas perlu dipahami faktor-faktor risiko penyakit panas yaitu keadaan di mana penyakit ini cenderung terjadi terjadi. Sebagian besar dengan menghindari faktor risiko ini merupakan cara efektif untuk mencegah penyakit panas. Ketika faktor risiko yang diketahui, tetapi suhu tinggi lingkungan tidak dapat dihindari, lakukan tindakan pencegahan sebelumnya memasuki lingkungan seperti itu diperlukan.

  1. Bila jemaah haji di Hotel; istirahat yang cukup, berdiam di tempat yang sejuk, minum 1 (satu) gelas air (300 cc) setiap jam-jangan menunggu haus.17Kementerian Agama RI (2019)
  2. Berdiam dalam tempat sejuk dengan berada dalam ruangan ber-AC, serta dapat menggunakan kipas angin untuk menambah rasa nyaman.
  3. Hindari minuman yang terlalu manis dan terlalu dingin.
  4. Makan makanan bergizi secara teratur dan pastikan tidak memakan makanan yang sudah basi.
  5. Periksa Kesehatan secara rutin bagi jemaah haji yang berisiko tinggi.
  6. Bila berada di luar Hotel/ruangan; hindari terkena matahari langsung, selalu menggunakan payung/topi, semprotkan air (water spray).18Kementerian Agama RI (2019)
  7. Pilih pakaian yang tepat, yaitu pakaian ringan yang terbuat dari bahan yang sangat menyerap keringat.
  8. Membatasi aktivitas di luar ruangan apabila sudah merasa ada gejala gangguan kesehatan akibat panas.19SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)
  9. Jika mengalami tanda dan gejala gangguan kesehatan akibat panas, segera beritahu jemaah lain dan hubungi petugas kesehatan.
  10. Gunakan buddy system, yaitu saling mengawasi antar jemaah maupun petugas.
  11. Waspada terutama jemaah yang sudah lanjut usia, memiliki penyakit dan atau yang berisiko tinggi terkena gangguan kesehatan akibat panas.
  12. Jangan berada dalam kendaraan yang parkir dengan mesin yang mati.20Kemenkes RI (2019)

Notes

  • 1
    weather.com
  • 2
    IN, Istiqomah., LN, Azizah. (2020)
  • 3
    SS, Mørch et al. (2017)
  • 4
    SS, Mørch et al. (2017)
  • 5
    Y, Epstein., WO, Roberts. (2011)
  • 6
    GS, Lipman et al. (2014)
  • 7
    Y, Miyake (2013)
  • 8
    Bobak, David A, Auerbach P (2006)
  • 9
    SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)
  • 10
    G GK (2018)
  • 11
    SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)
  • 12
    SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)
  • 13
    G GK (2018)
  • 14
    Mørch et al. (2017)
  • 15
    Burt, A., English W (2016)
  • 16
    SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)
  • 17
    Kementerian Agama RI (2019)
  • 18
    Kementerian Agama RI (2019)
  • 19
    SI, Shiraishi., H, Yokota (2013)
  • 20
    Kemenkes RI (2019)

Bibliographical Entries

  • Burt, A, English W. (2016). Anaesthesia Tutorial of the Week. Diagnosis and Management of Heat Stroke. p. 341.
  • Bagaimana mencegah sengatan panas (heat stroke) pada jemaah haji saat berada di luar pondokan (luar ruangan)?-Bagian 2 [Internet]. Kemenkes RI, Dirjen P2PTM. 2019 [cited 2020 Nov 20]. Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/stroke/page/2/bagaimana-mencegah-sengatan-panas-heat-strokepada-jemaah-haji-saat-berada-di-luar-pondokan-luar-ruangan-bagian-2
  • G GK. (2018). Heat stroke and heat exhaustion: An update. Curr Med Issues. 16.
  • Mørch SS, Andersen JDH, Bestle MH. (2017). Heat stroke: A medical emergency appearing in new regions. Case Reports Crit Care. 1–3.
  • Istiqomah IN, Azizah LN. (2020). Heatstroke prevention behavior by pilgrims from Lumajang, East Java, Indonesia. In: IOP Conference Series: Earth and Environmental Science
  • Materi Edukasi Jemaah Haji di Arab Saudi [Internet]. Available from: https://puskeshaji.kemkes.go.id/upload/pedoman/files/Materi_Edukasi_Jemaah_Haji_di_Arab_Saudi.pdf.
  • Miyake Y. (2013). Pathophysiology of heat illness: Thermoregulation, risk factors, and indicators of aggravation. Japan Med Assoc J [Internet]. 56(3). Available from: https://www.researchgate.net/publication/289172500_Pathophysiology_of_heat_illness_Thermoregulation_risk_factors_and_indicators_of_aggravation
  • Shiraishi SI, Yokota H. (2013). Prevention and treatment of heat illness. Japan Med Assoc J. 56(3):174–8.
  • Epstein Y, Roberts WO. (2011). The pathopysiology of heat stroke: an integrative view of the final common pathway. Scandinavian Journal of Medicine and Science in Sports.
  • Bobak, David A, Auerbach P. (2006).  Travel-Related Health Concerns Associated with Extremes of Environment. Trop Infect Dis (Second Ed [Internet]. 2006;2. Available  from:  https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780443066689501 393?via%3Dihub
  • Kementerian Agama RI. (2019). Tuntunan manasik haji dan umrah [Internet]. Dirjen Penyelenggaraan Haji Dan Umrah. Available from: https://islam.nu.or.id/post/read/108247/4-perbedaan-haji-dan-umrah
  • Lipman GS, Eifling KP, Ellis MA, Gaudio FG, Otten EM, Grissom CK. (2014). Wilderness medical society practice guidelines for the prevention and treatment of heatrelated illness: 2014 update. Wilderness Environ Med.
  • No title [Internet]. Available from: https://weather.com/weather/monthly.

Citation

Avin Ainur Fitrianingsih: „Sengatan Panas (Heat Stroke)“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, Thursday, April 25, 2024.