Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Wolfgang Iser: Penggagas teori resepsi sastra

Wolfgang Iser: Penggagas teori resepsi sastra

  • Version 1.0

Biografi

Wolfgang Iser (1926-2007) adalah seorang teoritikus sastra terkemuka yang merupakan salah satu pendiri Constance School of Reception Aesthetics. Ia lahir di Marienberg Jerman dari pasangan orang tua Paul dan Else (Steinbach) Iser. Ia belajar sastra di Universitas Leipzig dan Tübingen sebelum menerima gelar doktor di Heidelberg dengan disertasi tentang pandangan dunia Henry Fielding (Die Weltanschauung Henry Fieldings, 1950). Setahun kemudian, Iser diangkat sebagai instruktur di Heidelberg dan pada tahun 1952 sebagai asisten dosen di Universitas Glasgow. Di sana, Iser mulai mendalami filsafat dan sastra kontemporer. Ia kemudian mengajar di beberapa negara, termasuk sejumlah perguruan tinggi di kawasan Asia.

Pemikiran

Teori resepsi sastra atau dikenal juga dengan respon pembaca adalah kontribusi Iser yang sangat signifikan di bidang teori sastra. Iser meyakini bahwa teks sastra sebagai produk estetika memiliki fungsi yang berbeda dari jenis teks lain. Selain itu dalam hubungan antara pembaca dan teks, pembaca tidak mendapatkan peran untuk memberi makna terhadap teks, sehingga makna yang ada dalam teks dianggap sebagai sesuatu yang taken for granted.

Munculnya teori respesi merupakan reaksi terhadap jalan buntu dalam kajian sastra yang memusatkan perhatian pada teks, maksud pembaca, latar belakang sosial, atau latar belakang sejarah namun tidak pernah memberikan peran kepada pembaca sebagai aktor yang membuat karya menjadi bermakna karena dibaca. Teori yang digagas oleh Iser ini membuka pandangan baru dalam kajian sastra dengan memberikan perhatian utama terhadap dampak dari sebuah karya sastra terhadap pembacanya dan respon yang ditimbulkannya. Inilah salah satu pergeseran besar dalam teori sastra, yaitu pergeseran dari makna ke proses estetika yang membentuknya. Konsekuensinya adalah respon estetika (aesthetic response) sebagai ciri khas teori resepsi harus dipahami dalam konteks interaksi antara teks dan pembaca. Iser sengaja menggunakan istilah respon estetika untuk menunjukkan adanya rangsangan imajinasi dalam proses membaca yang pada gilirannya menghidupkan efek yang diinginkan oleh pembaca.

Dalam pandangan resepsi sastra, teks hanya menawarkan “aspek skematis”, yaitu bahwa pokok perso- alan dari karya itu dapat dihasilkan, sementara produksi yang sesungguhnya terjadi melalui tindakan konkretisasi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra memiliki dua kutub, yaitu kutub artistik dan kutub estetik. Kutub artistik adalah teks penulis, dan kutub estetik adalah realisasi yang disempurnakan oleh pembaca. Dari sudut pandang polaritas ini jelas bahwa karya tidak dapat diiden- tikkan dengan teks atau dengan konkretisasi, tetapi harus diposisikan di antara keduanya. Dalam karya sastra, pesan disampaikan melalui dua cara: pertama, pembaca menerima pesan; kedua, pembaca menyusun pesan itu. Yang menarik bagi Iser adalah pertanyaan tentang bagaimana dan dalam kondisi apa sebuah teks memiliki makna bagi pembaca.

Berbeda dengan pendekatan tradisional yang berusaha menjelaskan makna tersembunyi dalam teks, resepsi sastra menempatkan makna sebagai hasil interaksi antara teks dan pembaca. Makna dihasilkan dari pengalaman membaca teks bukan sebagai objek yang harus didefinisikan. Menurut Iser, teks sastra hanya akan menghasilkan makna atau tanggapan jika dibaca. Oleh karena itu, tidaklah mungkin mendeskripsikan sebuah tanggapan pembaca tanpa melihat proses pembacaannya. Sehingga, pembacaan menjadi poin penting dalam teori resepsi sastra. Lebih lanjut, Iser memandang teks sebagai kerangka “aspek terskematisasi” yang harus diaktualisasikan atau dikonkretkan oleh pembaca. Namun demikian, efek dan tanggapan bukanlah milik pembaca maupun milik teks tapi teks merepresentasikan sebuah efek potensial yang terealisasi dalam proses pembacaan.

Dalam merespon sebuah teks, pembaca menghasilkan tanggapan dalam bentuk yang bermacam- macam sehingga terkadang membuat peneliti resepsi sastra sukar mengategorikannya. Oleh sebab itu, agar lebih kongkrit, penerimaan yang dimaksud dalam kajian resepsi sastra dibagi menjadi empat lapis, yaitu penerimaan produktif, penerimaan reproduksi, pertimbangan dalam penerimaan, dan penerimaan pasif.

Penerimaan produktif mendorong atau mempengaruhi pembaca dalam memproduksi teks atau karya sebagai bentuk respon terhadap karya yang dibaca. Penerimaan reproduksi menunjukkan adanya pengerjaan kembali sebuah karya sastra seperti pementasan drama atau produksi film yang diambil dari sebuah cerita dalam karya sastra. Pertimbangan dalam penerimaan berhubungan dengan permintaan penyanjungan terhadap suatu karya. Sedangkan penerimaan pasif menujukkan adanya kekuatan kesan yang ditimbulkan dari sebuah pembacaan.

Dalam bukunya yang berjudul The Act of Reading, Iser mengenalkan konsep penting mengenai pembaca tersirat (implied reader). Pembaca tersirat dalam hal ini mengandung dua aspek, yaitu peranan pembaca dalam struktur teks dan peranan pembaca dalam tindakan menstrukturasi. Keterkaitan antara keduanya adalah berupa intensi (intention) dan pemenuhan makna (fulfillment). Dengan konsep pembaca tersirat, dua komponen, yaitu pembaca dan teks, tidak lagi dipandang sebagai entitas yang terpisah. Mereka adalah dua sisi yang disatukan menjadi kesatuan organik. Oleh karena itu, dengan interaksi pembaca-teks, komunikasi sastra muncul. Akibatnya, pembaca tersirat dapat dipahami sebagai konstruksi fenomenologis pembaca yang sebenarnya yang jika dihadapkan pada struktur teks, pembaca merasa terpaksa melibatkan dirinya dalam interaksi dengan teks guna mengaktualisasikan potensi maknanya.

Makna ada dalam penyesuaian dan rekonstruksi terus menerus sesuai harapan. Revisi ini muncul di benak pembaca dalam proses membaca saat mereka mencoba memahami hubungan dialektisnya dengan teks. Penekanan dalam analisis Iser pada dasarnya adalah fenomenologis, karena yang menjadi pusat dari proses sastra adalah pengalaman membaca pembaca. Dengan menyelesaikan kontradiksi antara berbagai sudut pandang yang muncul dari teks atau dengan mengisi “celah” antara sudut pandang dengan berbagai cara, pembaca memasukkan teks ke dalam kesadaran mereka dan menjadikannya pengalaman mereka sendiri. Karya Iser dapat berfungsi baik sebagai katalisator untuk analisis menyeluruh dari teori saat ini maupun sebagai batu loncatan untuk perombakan, yang sudah lama tertunda, dari model pikiran yang masih membentuk sebagian besar paradigma penelitian ilmu humaniora saat ini.

Resepsi sastra beranggapan bahwa sejak diterbitkan dan dibaca, karya sastra akan selalu mendapatkan tanggapan atau apresiasi dari pembacanya. Tanggapan dan apresiasi tersebut tidak hanya muncul pada periode tertentu saja, tapi terus berlanjut dari satu periode ke periode berikutnya. Resepsi sastra berfungsi untuk meneliti tanggapan pembaca yang berbentuk interpretasi, konkretisasi, maupun kritik atas karya sastra yang dibaca. Dalam memberikan tanggapan, pembaca dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal, seperti latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan pembaca, tingkat pengalaman, dan usia pembaca.

Dalam praktik penelitian resepsi sastra, terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode resepsi sinkronik dan metode resepsi diakronik. Metode resepsi sinkronik adalah memanfaatkan tanggapan pembaca pada satu periode tertentu atau sezaman sebagai data. Artinya pembaca yang digunakan sebagai responden untuk penggalian data berada dalam satu periode tertentu. Penelitian resepsi dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan tanggapan pembaca dengan menggunakan teknik wawancara maupun menyebar angket kuesioner. Oleh sebab itu, penelitian resepsi sinkronik ini dapat dikategorikan sebagai penelitian eksperimental.

Berbeda dengan metode penelitian resepsi sastra sinkronik yang hanya berfokus pada respon pembaca sezaman, metode resepsi diakronik memanfaatkan tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa periode yang berbeda. Penelitian resepsi diakronik ini menggunakan tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa periode sebagai data. Umumnya bentuk tanggapan yang dikaji dalam metode diakronik ini berupa kritik sastra atas karya sastra yang dibaca atau teks yang muncul setelahnya. Kritik sastra yang dimaksud biasanya ditemukan di media massa atau jurnal ilmiah.

Selain Iser, sebenarnya terdapat tokoh lain yang memiliki perhatian terhadap hubungan teks dan pembaca, yaitu Hans Robert Jauss. Keduanya sama-sama akademisi asal Jerman. Meskipun keduanya memusatkan perhatian pada rekonstitusi teori sastra dengan mengalihkan perhatian dari penulis dan teks dan memfokuskannya kembali pada hubungan pembaca, mereka memiliki metode yang berbeda dalam hubungan reseptif ini.

Pertama, dalam melihat resepsi pembaca, Jauss bertitik tolak dari perspektif sejarah sastra, sedangkan Iser, berawal dari pandangan New Criticism, mengemukakan bahwa resepsi pembaca adalah buah interpretasi pembacaan atas teks. Kedua, pandangan Jauss terhadap resepsi sastra bergantung pada hermeneutika dan sangat dipengaruhi oleh Hans-Georg Gadamer, sedangkan Iser banyak dipengaruhi dan mengadopsi konsep fenomenologi Roman Ingarden. Ketiga, Jauss sering memberikan perhatian pada isu-isu sosial dan sejarah yang luas. Analisisnya terhadap sejarah estetika, misalnya, dikembangkan dalam kajian di mana karya individu memiliki fungsi ilustratif. Sebaliknya, Iser sangat memperhatikan teks individual dan bagaimana pembaca menghubungkannya. Meskipun ia tidak mengecualikan faktor-faktor sosial dan sejarah, namun faktor-faktor tersebut merupakan bagian dari teks dan tidak berdiri sendiri. Dapat dikatakan bahwa Jauss lebih berfokus pada resepsi makrokosmos, sedangkan Iser lebih memusatkan perhatian pada resepsi mikrokosmos.

Salah satu kritik utama yang ditujukan pada teori resepsi sastra adalah bahwa teori ini terlalu mengutamakan pemahaman pembaca yang bersifat subyektif dan mengorbankan teks. Selain itu, kritik lain yang diberikan kepada teori ini terdapat pada pengaruh teks sastra kepada pembaca yang disebut oleh Wimsatt dan Beardsley sebagai “affective fallacy”, dimana pemaknaan pada karya sastra lebih ditentukan oleh dampak atau kesan yang diperoleh oleh pembaca.

Bibliographical Entries

  • Selden, R., Widdowson, P. & Brooker, P. (2004). A reader’s guide to contemporary literary theory. Beijing: Foreign Language Teaching and Research Press.
  • Iser, W. (2000). Do i write for an audience?. PMLA, 115(3), 310- 314.
  • Holub, R. C. (1984). Reception theory: A critical introduction. London and New York: Methuen.
  • Junus, U. (1985). Resepsi sastra: Sebuah pengantar. Jakarta. Gramedia.
  • Iser, W. (1978). The act of reading: A theory of aesthetic response. London and Henley: The Johns Hopkins University Press.
  • Iser, W. (1974). The implied reader: Patterns of communication in prose fiction from bunyan to beckett. Baltimore and London: The Johns Hopkins University Press.
  • Wikipedia. (n.d). Wolfgang Iser. Diakses pada 27 November 2020 dari https://en.wikipedia.org/wiki/Wolfgang_Iser.
  • Schlaeger, J. (2010). Wolfgang Iser: Legacies and lessons. Comparative Critical Studies, 7(2), 311-324.

Citation

Muhammad Edy Thoyib: „Wolfgang Iser: Penggagas teori resepsi sastra“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,