Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Algirdas Julien Greimas: Mendekati sastra melalui teori naratif

Algirdas Julien Greimas: Mendekati sastra melalui teori naratif

  • Version 1.0

Biografi

Algirdas Julien Greimas, atau yang biasa dikenal dengan A. J. Greimas, merupakan salah satu pemikiran strukturalisme dalam dunia kritik sastra. Greimas lahir di Tula, Rusia, 9 Maret 1917, dan meninggal di Paris, Prancis, 27 Februari 1992. Greimas lebih terkenal sebagai salah satu tokoh sastra dari Lithuania dan hampir semua karyanya menggunakan Bahasa Prancis. Bagaimana Greimas yang kelahiran Rusia bisa tinggal di Lithuania dan bahkan menulis karya dalam Bahasa Prancis?

Cerita berawal ketika ayahnya yang seorang guru bernama Julius Greimas dan ibunya yang seorang sekretaris bernama Konstancija Greimiene mengungsi di Tula, wilayah kekaisaran Rusia. Mereka mengungsi ke wilayah Tula akibat Perang Dunia I yang berimbas pada Lithuania, daerah asal kedua orang tuanya. Ketika itu Greimas dilahirkan di kamp pengungsian dan hidup di sana kurang lebih selama dua tahun hingga akhirnya berhasil kembali ke Lithuania. Di Lithuania, Greimas mulai mempedalam keahlian berbahasanya ketika ia berada di sekolah menengah Nietzche dan Schopenhauer. Pada sekolah ini ia mulai mahir berbahasa Jerman dan perlahan mahir dalam Bahasa Prancis. Greimas juga pernah bersekolah di Rygiskiu Jonas yang berada di Marijampole sebelum melanjutkan kuliah di Universitas Vytautas Magnus dan belajar Linguistik di Universitas Grnoble.

Di tengah proses belajar, Greimas sempat berada di dunia militer ketika Rusia mengusik ketenangan Lithuania. Greimas ikut dalam beberapa operasi militer dan terlibat langsung dengan pasukan Jerman, hingga genosida yang dilancarkan NAZI untuk membersihkan orang Yahudi di sekitar Lithuania. Karir militer Greimas ini tidak berlangsung lama hingga ia berkesempatan untuk kembali ke bidang literasi di tahun 1944. Greimas melanjutkan studi spesialisasi Leksikografi di Sorbonne Paris. Greimas menulis tesis mengenai kosakata mode yang dipopulerkan oleh Roland Barthes. Pada tahun 1949, Greimas memperoleh gelar PhD di Paris yang membuat dia lebih condong menghasilkan karya berbahasa Prancis.

Karir akademis Greimas dimulai ketika dia menjadi guru di Sekolah Katolik Prancis khusus perempuan yang ada di Mesir. Beberapa tahun kemudian Greimas pindah kerja di Universitas di Ankara serta Istanbul Turki. Tak berselang lama, Greimas menjelajah ke Prancis, tepatnya di Poitiers. Greimas yang sangat menyukai literasi berhasil menjadi profesor di Ecole des Hautes Etudes en Science Sociales (EHESS) di Paris. Selama 25 tahun di Paris, Greimas berhasil mendirikan serta menjadi Sekretaris Jenderal Asosiasi Internasional di bidang studi Semiotik.

Pada tahun 1992, Greimas meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Petrasiunai Kaunas, Lithuania. Pemakaman ini merupakan tempat ibunya dimakamkan juga.

Pemikiran

Istilah struktur secara etimologis berasal dari bahasa Latin struere yang berarti mendirikan atau membangun. Konsep struktur pertama kali digunakan sebagai konsep arsitektur, yang mengandung arti dasar atau cara sebuah bangunan didirikan. Atas dasar konsep itu, maka struktur secara tidak langsung menunjuk pada keberadaan konstruksi atau sistem yang didasarkan pada hubungan di antara unsur-unsur. Struktur juga mengandung pengertian yang bersifat abstrak. Dalam pengertian itu, struktur menyatakan secara tidak langsung-hubungan dalam suatu sistem sebagai hubungan yang tidak dapat diamati secara langsung (transparan).

Teori strukturalisme pada awalnya digunakan untuk meneliti dongeng atau cerita rakyat sehingga teori Greimas lebih sering digunakan khusus untuk mengkaji suatu dongeng atau cerita rakyat. Orang pertama yang mengembangkan teori Strukturalisme adalah Vladimir Propp. Dalam bukunya berjudul The Morphology of The Folk Tale tahun 1928 yang diterjemahkan oleh Noriah Taslim menjadi Morfologi Cerita Rakyat (1987), Propp mengkaji struktur cerita rakyat dengan mengumpamakannya seperti struktur sintaksis dengan konstruksi dasar subjek dan predikat. Sedangkan strukturalisme ala Greimas dipakai sebagai alat analisa struktur sehingga terfokus pada eksplorasi tokoh dan keterlibatannya pada peristiwa dalam cerita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antar tokoh di cerita dapat dianalisis menjadi strukturalisme naratif.

Greimas adalah penganut aliran strukturalisme yang berasal dari Prancis. Ia mengembangkan strukturalisme menjadi strukturalisme naratif. Teori ini dikembangkan atas dasar analogi-analogi struktural dalam linguistik yang berasal dari Saussure. Greimas menawarkan pengembangan atas Teori Propp. Sementara Propp memusatkan pada jenis tunggal, Greimas berusaha sampai pada tata bahasa naratif yang universal dengan menerapkan padanya analisis semantik atas struktur kalimat.

Untuk memahami pandangan Greimas, perlu kiranya penjelasan mengenai kedudukan unsur-unsur instrinsik sastra dalam konteks struktur naratif. Tokoh adalah “unsur sintaksis” yang ditandai oleh fungsinya dalam skema. Pelaku adalah unsur teks yang ditandai oleh ciri pembeda seperti nama diri, tindakan-tindakan, serta ciri lainnya. Pelaku dapat menduduki beberapa fungsi aktan yang berbeda dalam skema. Pelaku tidak sama dengan tokoh, karena beberapa tokoh yang memiliki ciri-ciri serupa dapat disebut sebagai satu pelaku. Peran adalah tindakan yang ditentukan oleh fungsi serta ciri-ciri seorang tokoh menurut konvensi dalam tindakan. Suatu cerita dapat mempunyai beberapa aktan. Hal ini bergantung pada inferensi yang menganalisis, bagaimana seorang penganalisis menafsirkan dan menangkap struktur cerita yang ada, bagaimana memahami tokoh-tokohnya dalam rangka menentukan fungsi aktan, bagaimana mendudukkan peran para tokoh ke dalam aktan. Suatu aktan, menurut Greimas, dapat berfungsi ganda dalam satu cerita.

Fungsi adalah satuan dasar cerita yang menerangkan kepada tindakan yang bermakna yang membentuk narasi. Setiap tindakan mengikuti sebuah perturutan yang masuk akal. Subjek dan predikat dalam suatu kalimat dapat menjadi kategori fungsi dalam cerita. Hal inilah yang menjadi asumsi awal Greimas untuk menganalisis cerita berdasarkan subjek-objek sebagai inti. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, Greimas mengajukan enam fungsi aktan dalam tiga pasangan oposisional.

Sender (pengirim) dalam konteks pemikiran Greimas berarti seseorang atau benda lain yang menjadi sumber ide serta mempunyai fungsi untuk menggerakkan cerita. Sender membuat keinginan bagi subjek untuk mencapai objek. Sedangkan object dalam konteks ini berarti seseorang atau benda yang diharapkan, diminta, diburu atau dicari oleh pahlawan atas ide pengirim. Subject dalam konteks ini merupakan seseorang atau benda yang mempunyai tugas khusus dari pengirim untuk memperoleh objek. Receiver merupakan seseorang atau benda yang menerima hasil dari apa yang dicari oleh subjek. Helper adalah seseorang atau benda yang membantu pahlawan atau subjek ketika mencari objek. Opponent merupakan seseorang atau benda yang berusaha menghalangi tindakan subject untuk memperoleh objek.

Kemudian ada penanda panah dalam skema aktansial Greimas yang menjadi unsur penting ketika menghubungkan fungsi sintaksis naratif dari masing- masing aktan. Ketika tanda panah dari sender mengarah ke objek, berarti ada keinginan dari sender untuk memperoleh objek. Tanda panah selanjutnya dari objek mengarah ke receiver berarti bahwa sesuatu yang menjadi objek yang dicari oleh subjek yang diinginkan oleh sender diberikan kepada sender. Lalu, tanda panah dari helper mengarah ke subjek berarti bahwa helper memberi dukungan kepada subjek dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sender. Helper ini mempunyai tugas mencolok untuk membantu tugas dari subjek. Tanda panah dari opponent mengarah ke subjek berarti bahwa opponent berniat menentang atau menghambat kerja subjek. Dalam konteks ini, opponent akan terlihat jelas dengan kerjanya yang mengganggu, menentang, menghambat, menolak, serta menghalangi usaha subjek. Yang terakhir ketika tanda panah dari subjek mengarah ke objek berarti bahwa subjek mempunyai tugas menemukan objek yang dibebankan sender.

Greimas mengemukakan bahwa model cerita berfungsi sebagai alur. Alur dalam skema aktan akan terbentuk ketika peristiwa-peristiwa dalam cerita diurutkan. Greimas mengatakan bahwa model fungsional merupakan alur cerita yang statis sehingga dapat dikatakan model fungsional ini berfungsi menguraikan peran subjek dalam rangka melaksanakan tugas dari pengirim di skema aktansial. Model fungsional ini mempunyai tiga bagian yaitu bagian awal, transformasi dan situasi akhir. Tahap awal biasanya diawali dengan hasrat untuk memperoleh sesuatu. Tahap transformasi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu tahap kecakapan, tahap utama, serta tahap kegemilangan. Kemudian tahap akhir akan memberitahu kita akan semua permasalahan dalam cerita akan kembali netral atau berakhir.

Teori yang dikemukakan oleh Greimas ini sangat sesuai untuk mengkaji cerita rakyat atau dongeng, seperti cerita rakyat Danawa Sari Putri Raksasa dari Lombok yang menggunakan teori struktural Greimas. Hal pertama yang perlu dilakukan setelah membaca cerita atau dongeng adalah menemukan setiap pelaku yang ada dalam cerita. Selanjutnya, carilah pelaku utama yang menjadi tokoh sentral dalam teori narasi struktural Greimas untuk kemudian dikategorikan menjadi sebuah aktan sehingga kita dapat menemukan beberapa aktan yang berkaitan satu sama lain.

Dalam cerita Danawa Sari Putri Raksasa ini, kita dapat menentukan beberapa variabel. Yang pertama adalah subjek dengan objek, yang kedua adalah pengirim dengan penerima, dan yang ketiga adalah pembantu dengan penentang. Setelah semua aktan ditemukan, buatlah bagan seperti di bawah ini:

Bagan ini akan diisi untuk mengetahui bagaimana alur cerita berjalan dan berakhir. Dalam bagan tersebut, yang menjadi subjek adalah Danawa Sari. Kemudian bagan sender atau pengirim diisi oleh Danawa Kembar atau Raja Raksasa. Objek dari cerita adalah pemenuhan kesaktian Danawa Sari. Dalam konteks ini, pengirim atau sender menginginkan sang putri untuk menjadi kuat atau memperoleh kesaktian sehingga dalam cerita, Danawa Kembar memerintahkan Danawa Sari untuk bertapa di dasar laut. Danawa sari dalam cerita dapat pula dikatakan sebagai pahlawan bagi dirinya sendiri karena berusaha menolong dirinya sendiri agar memperoleh objek.

Dalam proses mendapatkan kekuatan, muncul helper atau penolong yang akan membantu subjek memperoleh objek. Dalam cerita, helper dari Danawa Sari adalah ilmu ghaib yang telah dimiliki oleh subjek. Penentang atau opponent dari cerita ini malah Danawa Sari sendiri juga, karena ada sifat licik yang timbul dan akhirnya membuat dirinya terbunuh oleh putra Mahkota. Putra mahkota serta Danawa Sari sendiri ini berperan ganda, yaitu sebagai subjek serta sebagai penentang itu sendiri. Bagan kosong yang tersisa adalah receiver, dimana dalam konteks Danawa Sari sebagai subjek, receiver-nya tidak ada. Dalam suatu cerita, kita dapat menyimpulkan beberapa subjek yang berbeda berdasarkan sudut pandang masing-masing. Sehingga setiap peneliti sangat mungkin menemukan subjek, objek, sender, receiver, helper dan opponent yang berbeda-beda.

Dalam struktur fungsionalnya, pada situasi awal dijelaskan bahwa terdapat keinginan Sang Raja untuk Danawa Kembar untuk memaksa putrinya Danawa Sari menjadi lebih kuat. Dalam bagian transformasi, yang pertama adalah tahap kecakapan dimana Danawa Sari dapat mengatasi tantangan Sang Raja dengan tetap hidup walaupun dilempar ke laut. Kemudian tahap utama, subjek atau Danawa Sari tidak berhasil mendapatkan objek yang diharapkan oleh pengirim atau Raja Danawa Kembar.

Bibliographical Entries

  • Greimas.eu. (2020). Algirdas Julien Greimas. Diakses pada 24 November 2020 dari http://www.greimas.eu/en/biography/
  • Signosemio.com. Greimas biograpgy and bibliography. Diakses pada 25 November 2020, dari http://www.signosemio.com/greimas/index-en.asp
  • Jabrohim. (2001). Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
  • Purdue.edu. Modules on Greimas: On plotting. Diakses pada 25 November 2020, dari https://cla.purdue.edu/academic/english/theory/narr atology/modules/greimasplot.html
  • Selden, R. (1991). Panduan pembaca teori sastra masa kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  • Jabrohim. (1996). Pasar dalam perspektif Greimas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Hardjasaputra, A. S. (2006). Strukturalisme: Relevansinya dalam sejarah karya ilmiah. Bandung: Universitas Padjadjaran Press.
  • Suwondo, T. (1994). Widyaparwa: Analisis struktural Danawasari Putri Raja Raksasa penerapan Teori A.J. Greimas. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.

Citation

Hafidhun Annas: „Algirdas Julien Greimas: Mendekati sastra melalui teori naratif“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,