Logo

Search the Maliki Encyclopedia

Article Adeline Virginia Woolf: Tokoh sastra perempuan Abad 20

Adeline Virginia Woolf: Tokoh sastra perempuan Abad 20

  • Version 1.0

Biografi

Adeline Virginia Woolf adalah seorang perempuan berkebangsaan Inggris yang dianggap sebagai salah satu penulis modernis terpenting abad ke-20 dan pelopor aliran kesadaran sebagai perangkat naratif. Woolf dilahirkan pada tahun 1882 di South Kensington, London. Ia adalah anak ketujuh dalam keluarga campuran beranggotakan delapan orang, termasuk pelukis modernis Vanessa Bell. Sementara anak laki-laki di keluarga mereka mengenyam pendidikan tinggi, anak perempuan hanya belajar bahasa Inggris klasik dan sastra Victoria di rumah. Salah satu tempat yang paling berpengaruh dalam kehidupan Woolf adalah rumah musim panas yang digunakan keluarga mereka di St. Ives, Cornwall, di mana, pada akhir tahun 1890-an, ia pertama kali melihat Godrevy Lighthouse yang menjadi inspirasi novelnya: To the Lighthouse (1927).

Dimotivasi oleh ayahnya, Woolf mulai menulis secara profesional pada sejak tahun 1900. Kematian ayahnya pada tahun 1904 menyebabkan Woolf mengalami guncangan mental. Setelah kematian sang ayah, keluarga Stephen pindah dari Kensington ke Bloomsbury dan mengadopsi gaya hidup yang lebih bebas. Di daerah baru tersebut, bersama dengan beberapa teman, Woolf membentuk kelompok seni dan sastra Bloomsbury.

Pada tahun 1912, Virginia Woolf menikah dengan Leonard Woolf. Pada tahun 1915, ia menerbitkan novel pertamanya, The Voyage Out, melalui penerbit saudara tirinya, Gerald Duckworth and Company. Pada tahun 1917 pasangan tersebut mendirikan Hogarth Press yang menerbitkan banyak karya Woolf. Karya-karyanya yang paling terkenal termasuk novel Mrs. Dalloway (1925), To the Lighthouse (1927), dan Orlando (1928). Woolf juga dikenal karena esainya, termasuk A Room of One’s Own (1929), di mana ia menulis diktum yang banyak dikutip, “Seorang wanita harus memiliki uang dan kamar sendiri jika ia ingin menulis fiksi.”

Sepanjang hidupnya, Woolf memiliki masalah mental. Dia dirawat beberapa kali dan mencoba bunuh diri setidaknya dua kali. Penyakitnya mungkin disebabkan oleh gangguan bipolar, di mana tidak ada intervensi yang efektif selama hidupnya. Pada tahun 1941, pada usia 59 tahun, Woolf meninggal karena menenggelamkan dirinya di Sungai Ouse di Lewes.

Woolf menjadi salah satu tokoh sentral gerakan kritik feminis dan karyanya mendapat perhatian luas karena dianggap menyuarakan “feminisme yang menginspirasi”. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke lebih dari 50 bahasa. Banyak literatur didedikasikan untuk kehidupan dan karyanya, dan ia telah menjadi subjek drama, novel, dan film. Peran Woolf diapresiasi dengan pembuatan patung dirinya serta nama sebuah bangunan di University of London.

Pemikiran

Dikenal sebagai tokoh sastra modern abad ke-20, Virginia Woolf menggunakan aliran kesadaran (stream of consciousness) dengan masuk ke dalam pikiran tokoh cerita. Woolf berpendapat bahwa “kebenaran” dan “kenyataan” seharusnya dituliskan dalam bentuk novel. Teknik ini membuat pembaca memiliki akses untuk mengalami karakter pikiran dari dalam. Woolf tidak hanya menciptakan kontinuitas antara zona waktu dan tempat yang berbeda menggunakan metode naratif ini, namun juga antara pikiran tokoh. Untuk sampai ke sana ia menggunakan teknik memperagakan kehidupan batin tokoh-tokohnya dengan menguraikan pikiran-pikiran mereka secara detail.

Woolf banyak menulis tentang topik-topik yang dianggap kontroversial, beberapa dianggap progresif pada zamannya. Ia adalah seorang feminis yang memiliki keberpihakan pada saat hak-hak perempuan. Ia adalah sosok anti-kolonialis, anti-imperialis, dan pasifis ketika chauvinisme populer. Karya-karyanya seperti A Room of One’s Own (1929) dan Three Guinea (1938) sering diajarkan sebagai ikon sastra feminis di bangku kuliah. Di sisi lain, ia dikritik karena pandangannya tentang kelas dan ras dalam tulisan-tulisannya. Seperti banyak orang pada jamannya, beberapa tulisan Woolf sekarang dianggap menyinggung. Akibatnya, ia dianggap menciptakan polarisasi, seorang feminis revolusioner, pahlawan sosialis, sekaligus pembuat ujaran kebencian. Woolf memiliki kesadaran untuk menghancurkan bentuk-bentuk konvesional novel. Ia dikenal sebagai “pemberontak” terhadap penulisan novel yang disebutnya bersifat “materialisme”, yakni novel-novel realistik yang ditulis, misalnya, oleh Arnold Behnett dan John Galsworthy.

Woolf banyak dipengaruhi oleh gaya dan aliran kesusastraan Rusia karena Woolf mengadopsi banyak konvensi estetika. Gaya Dostoyevsky dengan penggambarannya tentang pikiran yang mengalir mewarnai karya-karya Woolf tentang “proses penulisan yang terputus- putus”, meskipun di sisi lain Woolf keberatan dengan obsesi Dostoyevsky pada “ekstremitas psikologis” dan dukungannya pada otokrasi Kekaisaran Rusia. Berbeda dengan keberatannya terhadap “emosi berlebihan” Dostoyevsky, Woolf memiliki kekaguman luar biasa pada karya Anton Chekhov, Leo Tolstoy, dan Ivan Turgenev. Woolf mengagumi Chekhov karena ceritanya tentang orang biasa yang menjalani hidup mereka, melakukan hal-hal dangkal dan plot yang tidak memiliki akhir yang rapi. Dari Tolstoy, Woolf belajar tentang bagaimana seorang novelis harus menggambarkan keadaan psikologis tokoh dan ketegangan di dalamnya. Dari Ivan Turgenev, Woolf memahami bahwa ada banyak “aku” saat menulis novel, dan novelis perlu menyeimbangkan beberapa versi dirinya untuk menyeimbangkan “fakta duniawi” dari sebuah cerita dan “obsesi total” penulis untuk berkesenian.

Woolf juga dipengaruhi oleh penulis Amerika Henry David Thoreau. Ia memuji pernyataan Thoreau: “Jutaan orang cukup terjaga untuk bekerja secara fisik, tetapi hanya satu dari ratusan juta yang cukup terjaga untuk menjalani kehidupan puitis atau ilahi. Bangun berarti hidup.” Woolf mengagumi Thoreau karena “kesederhanaannya” dalam menemukan “cara membebaskan mesin jiwa yang halus dan rumit.” Seperti Thoreau, Woolf percaya bahwa keheninganlah yang dapat membebaskan pikiran untuk benar-benar merenungi dan memahami dunia. Kedua penulis tersebut percaya pada pendekatan mistis dan transendental tertentu terhadap kehidupan dan tulisan, sehingga hal-hal yang dangkal sekalipun dapat menghasilkan emosi yang dalam jika seseorang memiliki cukup keheningan dan keberadaan pikiran untuk menghargainya. Woolf dan Thoreau sama-sama prihatin dengan kerumitan hubungan manusia di zaman modern.

Salah satu karya Woolf yang sesuai untuk pembaca sastra pemula adalah Mrs. Dalloway (1925). Tokoh utama, Clarissa Dalloway, adalah seorang wanita Inggris kelas atas dan Woolf menceritakan tentang kehidupannya di London pasca-Perang Dunia I. Woolf menjelajahi masyarakat saat itu dan menciptakan citra kehidupan protagonis melalui pemikirannya, saat Clarissa mempersiapkan sebuah pesta bahwa ia akan menjadi tuan rumah malam itu. Buku ini menganut aliran narasi kesadaran. Saat pembaca digiring masuk ke dalam benak Clarissa dan dunianya, terciptalah kedekatan dengan tokoh ini. Novel Mrs. Dalloway diangkat menjadi film dengan judul yang sama pada tahun 1997.

Selanjutnya, pada tahun 1927, Woolf menerbitkan karya lain yang cukup terkenal, yaitu To the Lighthouse. Novel tersebut menceritakan tiga anggota keluarga Ramsay yang dinarasikan dari berbagai sudut pandang. To the Lighthouse merupakan kisah menyentuh tentang kesulitan yang dihadapi keluarga saat tinggal di sebuah rumah di pesisir Skotlandia. Prosa dan interpretasi Woolf yang sempurna dari emosi manusia sangat berdampak pada pembaca. Ia mengeksplorasi ketakutan manusia akan perubahan dengan cara baru dan meyakinkan. Kemampuannya membuat deskripsi menjadi kenyataan adalah salah satu terknik terbaiknya di novel ini.

Setahun berselang, Woolf menghasilkan novel bertajuk Orlando (1928). Jorge Luis Borges menganggap karya Woolf ini yang paling kuat dan salah satu yang paling unik di era itu. Cerita dalam novel Orlando dimulai dengan seorang protagonis laki-laki, penyair aristokrat yang sering mengunjungi istana Ratu Elizabeth. Novel ini membahas pertanyaan kunci tentang gender dan identitas, yang semuanya bertentangan dengan latar belakang tokoh yang berjalan melalui waktu dan bertemu dengan sejumlah tokoh sastra penting sepanjang masa. Cerita dalam Orlando cukup unik dan tak terduga.

Adapun esai Woolf yang paling banyak dikenal berjudul A Room of One’s Own (1929). Dalam esai ini, Woolf menyelidiki implikasi gender dan mengklaim bahwa, tanpa uang dan ruangan mereka sendiri, wanita tidak dapat memunculkan kreativitas dan kejeniusan mereka secara bebas. A Room of One’s Own merupakan teks feminis awal dan bacaan penting bagi semua orang. Untuk mencontohkan teori ini, Woolf menciptakan tokoh imajiner: saudara perempuan Shakespeare. Ia menggambarkan tokoh ini memiliki bakat tinggi seperti Shakespeare, namun ceritanya bukan tentang kesuksesan. Sebagai gantinya ia melakukan bunuh diri, sangat frustrasi karena ketidakmampuannya untuk menampilkan kejeniusannya di dunia yang didominasi laki-laki di mana ia tinggal.

Between the Acts (1941) adalah karya terakhir Virginia Woolf yang diterbitkan setelah ia meninggal. Novel ini mengambil setting yang tidak diketahui di Inggris saat pecahnya Perang Dunia Kedua. Terdapat desa yang menyelenggarakan acara tahunan di sebuah rumah musim panas, dan penduduk desa tersebut merayakan momen penting dalam sejarah Inggris. Woolf dengan cerdik menyinggung topik tertentu, yang sebagian besar terkait dengan perang. Kemunculan fasisme sangat penting baginya, bukan hanya karena suaminya adalah orang Yahudi, tapi juga karena dia juga termasuk dalam daftar kematian Hitler di Inggris.

Walaupun banyak yang mengagumi kiprah Woolf dalam dunia sastra, tak sedikit pula kritikus yang memandang sebelah mata terhadap karya-karyanya. Leon Edel, misalnya, mengatakan bahwa “Pengaruh James Joyce pada Woolf jauh lebih besar daripada yang diyakini.” Edel mengklaim bahwa struktur Mrs. Daloway karya Woolf sangat mirip dengan bagian-bagian cerita di Ulysses karya joyce. Sementara itu, John Rosenberg menilai bahwa Woolf banyak berkiblat pada Dorothy Richardson, tidak hanya dalam cara penulisan, tetapi juga dalam nuansa feminisme di novelnya. Woolf dianggap tidak pernah mengungkapkan secara lugas utangnya kepada Richardson. Joyce dan Richardson diduga menjadi model tulisan Virginia Woolf.

Selain dikritik karena orisinalitas karyanya, Woolf juga dianggap menghasilkan tulisan yang dibatasi oleh kelas dan jenis kelamin. Karyanya dinilai elitis, sepele, terbatas pada feminisme, dan ia dianggap tidak memahami signifikansi teknisnya. Tuduhan tersebut juga dilayangkan pada E. M. Forster dan Aldous Huxley. Walter Allen, salah seorang kritikus Woolf, berpendapat bahwa “Virginia Woolf adalah seorang novelis dengan batasan yang sangat sempit. Tokoh-tokoh dalam karya fiksinya cenderung berpikir, merasakan, dan mengekspresikan pikiran dan perasaan yang sama persis dengan apa yang dilakukan Woolf sendiri dalam karya nonfiksinya seperti Mr. Bennett and Mrs. Brown dan A Room of One’s Own.

Bibliographical Entries

  • Jones, C. K. & Snaith, A. (2010b). A castle of one's own. Kings College Report. 17(1): 26-31.
  • Lewis, A. M. (2000). Caroline Emelia Stephen (1834-1909) and Virginia Woolf (1882-1941): A quaker influence on modern english literature". Quaker Theology, 3(1).
  • Koutsantoni, K. & Oakley, M. (2014). Hypothesis of autism and psychosis in the case of Laura Makepeace Stephen. Disability Studies, 4(3).
  • DeSalvo, L. A. (1982). Lighting the cave: The relationship between Vita Sackville-West and Virginia Woolf. Signs, 8(2), 195-214.
  • Church, J. (2016). Literary representations of shell shock as a result of world war i in the works of Virginia Woolf and Ernest Hemingway. Peace & Change, 41(1), 2-63.
  • Koutsantoni, K. (2012). Manic depression in literature: The case of Virginia Woolf. Medical Humanities, 38(1), 7-14.
  • McTaggart, U. (2010). Opening the door: The hogarth press as Virginia Woolf's outsiders' society. Tulsa Studies in Women's Literature, 29(1), 63-81.
  • Leonard, D. R. (1981). Proust and Virginia Woolf, Ruskin and Roger Fry: Modernist visual dynamics. Comparative Literature Studies, 18(3), 333- 343.
  • McNicol, J. (2016). Something rather scandalous. London Review of Books, 38(20), 19-22.
  • McManus, P. (2008). The "Offensiveness" of Virginia Woolf: From a moral to a political reading. Woolf Studies Annual, 14(1), 92-138.
  • Bell, Q. (1965). The mausoleum book. A Review of English Literature, 6(1), 9-18.
  • Jones, C. K. & Snaith, A. (2010a). Tilting at universities: Woolf at king's college London. Woolf Studies Annual, 16(1), 1-44.
  • Barrett, M. (1978). Towards a Virginia Woolf criticism. The Sociological Review, 26(1),145–160. doi:10.1111/j.1467- 954x.1978.tb03247
  • Dalsimer, K. (2004). Virginia Woolf (1882–1941). American Journal of Psychiatry, 161(5), 809.
  • Lackey, M. (2012). Virginia Woolf and British Russophilia. Journal of Modern Literature, 36(1), 150.
  • Bond, A. H. (1986). Virginia Woolf and Leslie Stephen: A father's contribution to psychosis and genius. The Journal of the American Academy of Psychoanalysis, 14(4), 507-24.
  • Majumdar, Raja. (1969). Virginia Woolf and Thoreau. The Thoreau Society Bulletin, 109(1), 4-5.
  • Haule, J. Winter. (1982). Virginia Woolf's first voyage: A novel in the making by Louise A. DeSalvo; Melymbrosia: An early version of "The voyage out" by Virginia Woolf and Louise A. DeSalvo. Contemporary Literature (Review), 23(1), 100-104.
  • Barzilai, S. (1988). Virginia Woolf's pursuit of truth: "Monday or tuesday," "Moments of being" and "The lady in the looking-glass". The Journal of Narrative Technique, 18(3), 199-210.

Citation

Rina Sari: „Adeline Virginia Woolf: Tokoh sastra perempuan Abad 20“, Version 1.0. In: Maliki Encyclopedia. Published by Pusat Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,